Tentang Ikhlas

Ibnu Qayyim pernah berkata, "Jika kamu melihat keikhlasan dalam perbuatan ikhlasmu, maka keikhlasanmu harus di ikhlaskan lagi."

Saudari syurgaku...
Ikhlas bukan perkara mudah dan ada dalam wilayah hati. Ikhlas adalah bagian diri saat berupaya melakukan amalan. Namun adalah kehendak Rabb untuk menilainya. Kita tak tahu apakah diri ikhlas atau tidak saat melakukan amalan.

Bahkan Ibnu Qayyim menegaskan dlm pernyataannya tadi, saat diri memiliki anggapan bahwa apa² yg dilakukan sudah ikhlas, justru mungkin pada saat itulah, belum ikhlas. Urusan diri adalah TERUS BERAMAL, bukan menghentikan aktifitas ibadah karena khawatir terjangkit riya saat melakukannya.

Fudhail Bin Iyadh rahimahullah berkata: “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan ikhlas adalah Allah menyelamatkanmu dari keduanya”.

Umar ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ pernah menyampaikan jika diri dalam kondisi takut riya dalam beramal, tetaplah beramal disertai istighfar. Jika diri tidak jadi beramal shalih karena takut riya, itu juga riya.

Saat ada bisikan setan yang mengganggu dan membuat diri hendak riya atau seakan-akan riya, maka JANGANLAH BERHENTI dari kebaikan itu, bersamai dgn istighfar. Itu sebabnya Islam mengajarkan untuk beristighfar setiap selesai melakukan kebaikan, Karena boleh jadi dalam kebaikan itu ada saja kotoran-kotoran yang dapat merusaknya. Maka hapus kotoran itu dengan istighfar. 

Implementasi yang pasti tetaplah beribadah, disertai istighfar, dan terus luruskan niat karena Allah.

Saudariku sayang...
Tak patut diri mengumbar kata cinta pada Rabb jika diri tak  berusaha melangkah mendekat dalam taat,  jika hati tak menghujam cemas dan harap utk dapat berjumpa dengan-Nya.

Penyesalan yang teramat besar adalah saat masa nanti mendapati "Syurga-Nya seluas langit dan bumi" NAMUN tidak ada jatah tempat utk diri di sana.

✨أسْتغْفر الّله الْعظيْم , ﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ

#Semangat Tilawah
#Semangat Menjadi Pribadi Indah

-ummu adib-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2