Menjaga Hati

🔰 Rekap Kajian On Line Tholabul 'Ilmi 🔰

Oleh    : Ustadz Mukhtar Azizi
Hari    : Senin, 8 Agustus 2017
Live dari : Group TI 11
Tema  : Menjaga Hati
Notulen : Ukhty Donna

#################
🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰

Bismillahirrahmanirrahiim..

Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentang hatimu, bacalah firman Alloh Azza  wa Jalla berikut ini:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS.al-lsra'[17]:36)

Maksudnya, setiap anggota badan yang disebutkan di dalam ayat ini akan ditanya tentang apa yang ia perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami' li Ahkamil Qur'an 5/169)

Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati. (HR. Bukhari 52, Muslim 1599)

Sahabat mulia Abu Hurairah رضي الله عنه mengatakan: "Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula seluruh prajuritnya." (Majmu' Fatawa 10/15)

Sahabat yang lain, Salman al-Farisi رضي الله عنه mengatakan: "Setiap orang mempunyai amalan yang lahir dan batin. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya, sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya maka Alloh akan merusak amalan lahirnya." (Az-Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal. 17, Hilyah Auliya 1 /203, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)

Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak perhatian terhadap hati merupakan sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut ini.

Hasan al-Bashri رحمه الله berkata: "Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hamba-Nya terletak pada baiknya hati." (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: "Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua perkara,sedangkanamal-an anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyem-purnanya. Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal per-buatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya sedangkan anggota badan adalah cabang darinya." (Bada'i Fawaid 3/224)

Imam asy-Syathibi رحمه الله mengatakan: "Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila lahiriahnya istiqamah maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaidah yang umum pada masalah fiqh, seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah ini sangat bermanfaat dalam syariat ini." (al-Muwafaqat 1/233)

Imam Ibnu Muflih رحمه الله mengatakan: "Baiknya hati sumber segala kebaikan dan rusaknya hati sumber segala kejelekan, karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: 'Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.' Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin." (al-Adab asy-Syar'iyyah 3/111)

Hadis riwayat Aisyah ra. istri Nabi saw.:
Rasulullah saw. bersabda: Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya

Kita tidak lalai akan do'a yang satu ini : "Ya Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam Agama-Mu dan dalam Ketaatan kepada-Mu".

Begitulah, menjaga kondisi hati untuk senantiasa istiqomah berada di jalan Allah, senantiasa bersih dari segala kotoran dan lembut dari segala kekerasan (hati), tidaklah mudah. Kesibukan dan rutinitas kita yang menguras tenaga dan pikiran, serta interaksi yang terus menerus dengan masalah duniawi, jika tidak diimbangi dengan "makanan-makanan" hati, terkadang membuat hati menjadi keras, kering, lalu mati... Padahal sebagai seorang mukmin, dalam melihat berbagai macam persoalan kehidupan, haruslah dengan mata hati yang jernih.

Untuk itu, beberapa nashehat berikut patut kita renungi dalam upaya melembutkan hati. Kita hendaknya senantiasa:
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah
itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan
syaithan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah pada diri kita.
5. Takut akan balasan siksa yang segera di dunia, karena maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup dengan su'ul khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur.
9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil yang kita
lakukan.
11. Takut melalui titian yang tajam. Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada rambut
dan lebih tajam dari pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat Allah yang kita rasakan siang dan malam sedang kita tidak
bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan ucapan-ucapan kita.
16. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan kita sendiri.
17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada
hari timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, anak-anak, keluarga, suami dan harta
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki
urusan ini kecuali pada Allah.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya' ke dalam hati, karena terkadang riya' itu
memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al Basri rahimahullah
pernah berkata kepada dirinya sendiri. "Berbicaralah engkau wahai diri. Dengan
ucapan orang sholeh, yang qanaah lagi ahli ibadah. Dan engkau melaksanakan amal
orang fasik dan riya'. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis".
20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak
seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal sholeh dengan keistiqomahan jauh lebih disukai Allah
daripada amal sholeh yang banyak tetapi tidak istiqomah dengan tetap melakukan
dosa.
23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat
dan akan menemui Allah dengan amalan yang buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita menuju Allah selama kita sehat.
25. Setiap kita mendengar kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran
dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan jenazah maka khayalkanlah bahwa kita yang
sedang diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rezeki kita
sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia kumpul-kumpulkan.

Dan
menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita tetap
mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikit pun, dan
mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan I'tibar (pelajaran) bukan dengan pandangan
mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita
sanggup menghadapi panasnya jahannam?
29. Di antara akhlak wanita mu'minah adalah menasihati sesama mu'minah.
30. Jika kita melihat orang yang lebih besar dari kita, maka muliakanlah dia dan katakana
kepadanya, "Anda telah mendahului saya di dalam Islam dan amal sholeh maka dia
jauh lebih baik di sisi Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih baik
sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah."

TANYA JAWAB THOLABUL 'ILMI AKHWAT T11
■□■□■□■□■□■□■□■

🔰 PERTANYAAN:

1⃣Assalamualaikum.Ustadz mau tanya.bagaimana jika kita memberi tapi ada rasa riya atau krn tdk enak sama org akhirnya kita mengasi.kt ng tau itu tdk dpt pahala.tp rasa riya dan tdk enak sama org itu muncul pd diri kita.bgm caranya agar kita ikhlas memberi Ustadz.dan kalau ada niat sprti itu bgmn

2⃣Assalmualaikum ustadz yg no 23 itu bgmn maksdunya

🔰JAWABAN:

1⃣Wa'alaikum salam
Ikhlas terlatih bila hati kita selalu basah lisan dengan membaca Al-Qur'an dan rutin qiyamul lail.. Rasa ikhlas nikmat akan di dapatkan

2⃣Wa'alaikum salam
Bila hamba nya sakit penuh dengan kesabaran.. Maka berguguran dosa nya semasa hidup nya akan terampuni

✋🏻Di no 23 dan akan menemui Alloh dgn amalan yg buruk itu bagaimana ustadz

👳 Amalan buruk itu selalu bangga dengan amal diri tanpa ilmu dan riya di setiap ibadah nya

      🔰We Are Tholabul'ilmi🔰

🔰🔰🔰
- Facebook : Tholabul'ilmi Group
- Instagram : Tholabulilmi_ig
- www.tholabulilmi.org
- Fp Tholabul'ilmi Fanpage
- tumblr tholabulilmiwa
- Telegram @kajiantholabulilmi

▶▶▶
Gabung Yuk
Caranya Ketik :
👉 Nama#L/P#Domisili#no.WA
Kirim ke :

[WhatsApp]
@dmin TI
081355111241
🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

TA'ARUF