INDAHNYA IMAN DITENGAH KEHIDUPAN

"INDAHNYA IMAN DITENGAH KEHIDUPAN"
Ust. Immanudin Kamil

Beriman artinya meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan.

Iman manusia seperti kita keimanan yang fluktuatif. Fluktuatif mengandung arti tidak stabil, kadang naik kadang turun sepeti iman kita. Iman kita berbeda dengan keimanan para nabi, iman para nabi adalah iman yang terjaga dan selalu naik. Apalagi imannya para malaikat, imannya sudah dicetak. Malaikat memang diciptakan untuk taat pada Allah.

Kesadaran akan fluktuatifnya keimanan yang kita miliki adalah penting. Ketika seseorang menyadari keimanannya sedang surut maka ia harus berusaha meningkatkan kembali. Siapa yang tau imannya kapan naik dan turun? Yaitu dirinya sendiri.

Bagaimana cara mengetahui kapan iman kita naik dan kapan sedang turun?
Menurut Utsman bin Affan, caranya yaitu dengan membaca Al Qur'an. Jika saat membaca Al Qur'an kita semakin nikmat membacanya, maka keimanan kita saat itu sedang naik. Namun jika membaca dan baru satu atau dua ayat sudah malas, itu artinya keimanan kita sedang turun.

Kesadaran kita akan keimanan adalah yang harus terus ada dalam diri kita. Mencontoh sifat para sahabat, bahwa perhatian mereka pada imannya melebihi perhatian pada jasmani/fisik mereka sendiri.

Karakteristik orang-orang beriman jika ia dihadapkan ujian maupun nikmat, tidak akan ada bedanya. Selalu berakhir pada kebaikan. Apabila ia diberi nikmat ia bersyukur, dan itu akan menjadi kebaikan pada dirinya. Juga apabila ia diberi ujian, ia bersabar, maka itu juga akan menjadi kebaikan.

Kemuliaan manusia dihadapan Allah bukan diukur dari harta atau fisik, tapi yang dilihat adalah hati kita. Bagaimana kebersihan hati dan iman yang tersimpan didalamnya. Itulah yang menjadi standar kemuliaannya disisi Allah.

Kesadaran fluktuatif iman kita harus benar-benar kita pahami. Mendatangi majlis juga adalah bagian dari menjaga fluktuatif iman kita.

Dari Surah Al-Asr ayat 1-3 disebutkan bahwa:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Di ayat ketiga disebutkan bahwa iman perlu dibarengi dengan mengerjakan amal shaleh, menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Iman jika tidak dibingkai dengan kesabaran, akan banyak fitnah dan godaan yang datang menggoyahkan iman kita. Sabar pun maknanya luas. Jangan hanya memaknai sabar dengan pasrah atau dengan analogi "Jika ditimpa musibah, kita bersabar" bersabar bukan hanya seperti  itu. Itu hanya sedikit makna dari sabar.

Tapi sabar maknanya luas. Contohnya saat kita menjalani ketaatan juga harus bersabar. Misalnya saat kita berniat mendatangi masjid taklim, kita juga harus bersabar, bisa saja saat perjalanan menuju taklim banyak godaan yang datang dan sebagainya. Demikian juga saat menjauhi apa yang dilarang Allah, kita juga harus bersabar.

Jika Allah telah mentakdirkan kita mendapat keimanan, ini adalah anugerah yang luar biasa. Tidak ada anugrah yang luar biasa selain anugerah keimanan.

Dan bagaimana cara mensyukuri anugerah keimanan ini? Dengan cara menjaganya.

Keimanan juga tidak diturunkan dari nasab/keturunan/warisan. Maka dari itu bersyukurlah pada Allah, jika kita merasa telah mendapatkan anugerah iman itu.

Dari Surah Al-Imran:90
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong."

Ini artinya bahwa keimanan adalah mutiara yang harganya lebih berharga dari mutiara dunia. Lebih berharga dari emas, walaupun emas sepenuh dunia.

Maka tentunya ketika Allah sudah mentakdirkan kita termasuk orang-orang yang mendapat iman ini, tentu kita harus menjaganya. Cara menjaganya seperti yang terdapat surat Al-Asr yang disebutkan di atas yaitu melakukan amal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Yang menjadikan hidup kita ini bernilai dimata Allah SWT itu adalah keimanan, tanpa keimanan hidup kita dimata Allah tidak ada nilainya sama sekali.

Apa yang kita miliki di dunia seperti harta, jabatan, ilmu diibaratkan seperti deretan angka 0 dan itu tidak akan memberi makna dan arti dalam hidup, sebagaimana angka 0 sebanyak apapun angka 0 itu. Sedangkan iman, diibaratkan angka didepan angka 0. Jika iman diibaratkan bernilai 1, ditambah harya 0, jabatan 0, ilmu 0 dan hal duniawi lainnya yang bernilai 0. Karena ada iman disana, maka nilainya akan berbeda.

Maka dari itu, harta dan ilmu tidak akan ada gunanya dimata Allah jika tidak diiringi dengan keimanan. Jadi imanlah yang menjadikan hidup kita berarti dimata Allah. Walaupun keimanan kita hanya seberat biji sawi, itu masih dihargai oleh Allah.

Hal-hal yang mengancam keimanan:
- Fitnah syahwat : Fitnah yang berhubungan dengan hati.
- Fitnah syubhat : Fitnah yang  mengacaukan pemikiran kita.

Kesimpulan:

- Bingkai iman ditengah kehidupan kita ini,  karena iman itu anugerah terbesar dari Allah. Keimanan adalah yang akan menyelamatkan kita dari kerugian hidup didunia ini. Tangga utama kita untuk selamat dari kerugian/kebinasaan.

- Iman ini adalah yang menjadikan hidup kita menjadi bermakna disisi Allah, tanpa iman takkan bermakna.

- Menjaga iman dengan cara menumbuhkan kesadaran bahwa iman kita sangat fluktuatif (tidsk stabil/naik turun) sebagaimana para sabahat lebih memperhatikan kondisi iman ketimbang kondisi fisik.

Al Ghammar Karawang, 6 Agustus 2017
HAWA HERLIANI
@pemudaalquran
(Divisi Publikasi, Divisi Tarbiyah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2