Ada Pelacur di Mekkah
••••••••••══✿❀✿❀✿══•••••••••••
🔰WE ARE THOLABUL'ILMI 🔰
•••••••••••══✿❀✿❀✿══••••••••••
ADA PELACUR DI MEKKAH
Suatu ketika, Prof Hamka kedatangan tamu.
“Subhanallah Buya,” ujar pemuda itu,
“Sungguh tak menyangka, ternyata di Mekkah itu ada pelacur, Buya. Kok bisa ya? Ngeri,” timpalnya bersemangat.
“Oh ya,” sahut Hamka pendek.
“Saya baru saja dari New York, dan Masya Allah, di sana tidak ada pelacur,” sebut Buya Hamka.
“Ah mana mungkin Buya, Di Makkah saja ada kok, pastinya di Amerika jauh lebih banyak lagi tuh,” ungkap pemuda itu.
“Kita memang dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari. Kemana pun kita pergi, dimana pun kita berada, diri kita yang sebenarnya tergambar dalam apa yang kita cari.
Di New York tidak ada pelacur kalau tidak dicari. Di Makkah ada pelacur kalau itu yang dicari,” pangkas Buya Hamka bijaksana.
Kita tergiang dengan pesan moral yang disampaikan oleh Hamka dalam berdakwah. Dalam pengajian di Masjid Al-Azhar, seorang perempuan muda duduk di bagian depan pengajian. Dia tekun mendengar ceramah yang disampaikan oleh Hamka.
Namun pendengar ceramah lain risih dengan penampilan perempuan itu. Ghalibnya, setiap pengajian, gadis itu selalu duduk di depan mendengarnya.
Ada keluhan dari jamaah pengajian agar Hamka dalam ceramah menyinggung tentang busana perempuan.
Hal itu ditampiknya. Setelah mengikuti beberapa pengajian, gadis itu mengubah penampilannya dan memuji cara berdakwah ala Hamka yang lembut dan menikam ke jantung pendengar.
Dalam situasi dan kondisi penceramah dan pendengar yang kadangkala reaktif merespons sebuah peristiwa, kita merindukan dakwah ala Hamka yang menyentuh sanubari pendengar.
Kita menolak modus dakwah yang kasar, mengkafirkan sesama umat Islam sehingga menyebabkan pendengar berubah sikap menjadi sangar dan suka berdebat.
Padahal ilmu yang diterima masih seujung kuku.
Mengikuti metode dakwah ala Hamka yang kadangkala menjawab pertanyaan dengan logika yang bisa diterima oleh yang bertanya. Semua sepakat, setelah mengikuti tabligh akbar atau pengajian, peserta pengajian lebih ramah serta kehadirannya berfaedah bagi umat.
Kembali pada pernyataan di Amerika tidak ada pelacur adalah cara Hamka mengirim pesan kepada umat bahwa Apa yang kita pikirkan di kepala, apa yang hendak kita cari, itulah yang kita temukan.
Jika dalam benak tertanam pikiran negatif terhadap seseorang, maka itulah yang terucap atau tertulis di media sosial atau diutarakan di kedai kopi.
Jika kita berprasangka tidak baik terhadap Allah, hal yang buruk juga yang kita terima.
“Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.”
(Muttafaqun 'Alaih)
Berpikir atau berprasangka baik, memberikan harapan positif, memiliki keinginan bagus, dan sebagainya menjadi senjata ampuh dalam menjalani belantara kehidupan ini. Padahal akhirnya setelah berikhtiar dan berdoa, umat memasuki kanal pasrah.
Maklum lorong kehidupan ini misterius bagi umat dan jelas bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai pencipta.
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS Al-Baqarah: 216)
Oleh : Murizal Hamzah
•••┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•••
Website :
Website Tholabul'ilmi: tholabulilmiindonesia.blogspot.com
Website Josh:
JOSHindonesia.blogspot.com
Website Laskar Subuh:
Laskarsubuhindonesia.blogspot.com
Telegram :
t.me/tholabulilmiWA
facebook FP :
m.facebook.com/TholabulilmiWhatsApp
facebook Group :
m.facebook.com/profile.php?id=183387271707797
Follow IG Tholabul'ilmi WA :
https://www.instagram.com/p/Bh-EDs8hpcw/
▶ Gabung Komunitas Tholabul'ilmi
Ketik : GabungTI#Nama#Domisili#Status#L/P
Kirim ke:
~ Ukh Susan Anisya :
+6285374450956
~ Ukh Mauli Nur Kirana :
+6289675916061
•••┈┈•┈┈•⊰✿🔰✿⊱•┈┈•┈┈•••
🔰WE ARE THOLABUL'ILMI🔰
Komentar
Posting Komentar