'AIN


Sebagian menyalahkan ain. Sebagian menyalahkan orang lain yang kagum atau hasad. Coba mari kita muhasabah ketika dada terasa sesak. Ketika merasa banyak yang memperhatikan. Ketika merasa banyak yang iri. Ketika bayi menangis terus. Ketika anak tetibanya lemah kemudian sakit.

Coba sebelum menyalahkan ain, atau orang lain, bercermin.

Ada orang yang anaknya jatuh sakit. Secara prikologis semacam tertekan. Padahal ia anak ceria. Anak itu rupanya sering dipajang foto mungilnya di media sosial. Lalu orang tua menyalahkan ain, atau para pemirsa. Diingatkan oleh sebagian pihak, "Akhi, hati-hati moga anaknya tak kena ain."

Tapi malah disuguhi jawaban, "Insya Allah tidak. Doain ya."

Merasa sudah baca bismillah. Merasa semua pemirsa berkata Masya Allah atau Tabarakallah. Ketika sudah kena, cari kambing hitam.

Coba ketika kita membawa anak keluar, bermain dan bergaul dengan sekitar, lihat hati. Apa sekadar ingin pamer kelucuannya? Supaya disukai?

Kemudian betul. Disukai. Dicubit-cubit. Ada perasaan bangga dengan pemberian. Di situlah letak sebabnya. Dinyana bahwa ain tidak bisa datang karena kesombongan orang tua atau hasrat pamer.

Maka senantiasa, jangan jadikan pamer amalan atau pamer prestasi sebagai rutinan. Manusia sebenarnya tidak butuh kabar kehebatan Anda. Mereka butuh kabar unik, aneh atau kematian. Saat Anda berprestasi dan pamer sekali, mungkin mereka bersuka cita. Namun jika Anda selalu tampil di depan mereka sebagai individu berprestasi, maka Anda akan mengotori hati mereka. Dan sebelumnya, hati Anda sudah kotor. Walaupun apapun bagaimanapun Anda beralasan.

Dengan bekal niatan kotor dan rutinnya sikap pamer, maka jangan heran kerap ada gundah di hati. Repotnya diri kenapa seolah tiada arti. Dan kenapa belakangan ini ada tekanan batin dan kekosongan yang tidak kunjung diisi.

Sebagian orang hebat tetibanya futur, bukan karena lemah fisik. Namun karena hati yang kotor. Hebatnya itu demi suatu anggapan, prestige, pujian, sanjungan atau minimal semua tahu bahwa 'saya sehebat ini'.

Ain. Jangan salahkan ain. Jangan salahkan mata memandang. Tapi coba introspeksi diri, istighfar dan bertaubat. Ain bukanlah sihir. Tapi kejinya kadang lebih buruk dari sihir. Ain kadang terjadi tanpa kesengajaan pelaku. Tapi yang terawal mengundang ain, sangat mungkin niat yang rusak dari pelaku atau pemilik.

Ingat. Anda melakukan ini dan itu, seyogyanya untuk Allah. Jika tidak, maka siapa lagi penjaga yang akan menjaga Anda melainkan Dia?!

✍ Ustadz Hasan al-Jaizy -hafizhahullah-

@STaushiyyah
🖲 IG: Instagram.com/shahabattaushiyyah

💻 Subcribe youtube: https://www.youtube.com/c/ShahabatTaushiyyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2