Iman dan Berperilaku Bersih dalam Kehidupan Sehari-hari

REKAP KAJIAN ONLINE BAJA
OLEH KOMUNITAS THOLABUL'ILMI
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
NARASUMBER : Ustadzah Novi Astriana
GROUP : BAJA
HARI/TGL : Jumat, 23 Maret 2018
💾TEMA : Iman dan Berperilaku Bersih dalam Kehidupan Sehari-hari
NOTULEN : Ukhty Eva
--------------------------------------------------------

Bismillahirrahmanirrahim...

*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*
Allah adalah pencipta langit dan bumi seisinya, termasuk hal-hal eskatologi (tidak tampak) yang diciptakan, pemberi beberapa nikmat yang tidak mampu direalisasikan dalam hitungan jumlah, serta Dzat yang wajib disembah. Sudahlah kewajiban bagi makhluk Nya untuk mensyukuri nikmatnya, yaitu selain mengucapkan dengan lisan juga mesti harus memanfaatkan nikmat tersebut dengan sebaik-sebaiknya. Seorang Muslim mempunyai kewajiban menjaga beberapa nikmat yang telah diberikan, seperti menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan alam agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari secara terus menerus. Allah berfirman dalam Q.S Ar Ruum 41 bahwa sebenarnya kerusakan- kerusakan baik di daratan maupun di lautan tidak lain hanyalah kesalahan atau campur tangan manusia itu sendiri.
Adanya alam ini mengindikasikan adanya pencipta yang perlu diimani exsistensinya, meski pencipta tersebut tidak tampak di mata kita. Justru yang demikian, Allah memberi pahala terhadap yang mengimaninya. Bagaimana tidak, secara realita tidak mungkin seseorang akan tumbuh rasa cinta kepada yang lainnya kalau tidak pernah bertemu, begitu juga iman kepada Allah. Akan tetapi dengan maujud bumi ini sudah cukup sebagai buku besar atau bukti bagi orang-orang yang melihatnya, membaca fenomena-fenomena alam atas dasar buku induk Allah (Al Qur’an). Demikian, Iman kepada Allah memberi contoh realisasi yang paling mulia antara manusia dan pencipta.
Penciptaan Allah yang paling mulia di bumi adalah manusia karena dalam diri manusia, Allah menciptakan hati, di mana hati adalah wadah keimanan seseorang. Hati itu perlu dijaga dan dirawat melalui kebersihan lahir dan batin, agar mampu terealisasikan dalam bentuk sifat-sifat yang terpuji, sebagai bentuk salah satu sifat seorang muslim. Oleh karena itu, petunjuk iman merupakan salah satu nikmat yang paling agung dan paling utama dari pemberian Allah.

Pengertian iman

Kata iman berasal dari madli “امن- يؤمن- ايمانا”, sedangkan iman merupakan kebalikan dari kufr, dan iman bermakna membenarkan kebalikan dari membohongi.[1]di dalam al-Qur’an disebutkan:

Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.(al-Baqarah: 13)Menurut At Tobari yang dimaksud (وإذا قيل لهم آمنوا كما آمن الناس) adalah ketika diucapkan kepada orang-orang yang disifati Allah bahwa mereka mengucapkan (آمنا بالله وباليوم الآخر وما هم بمؤمنين) yaitu mereka membenarkan Nabi Muhammad dan ajaran yang dibawa dari Allah. Sebagaimana dalam keterangan hadits dari Ibn Abbas

Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

Iman tidak hanya terealisasikan lewat mulut saja, akan tetapi juga harus diringi amal atau bukti konkretnya. Dan iman juga tidak hanya berupa kepercayaan terhadap surga, akan tetapi iman adalah akidah yang memenuhi hati dan memunculkan pengaruh. Diantara pengaruh iman, Allah dan Rasul Nya harus lebih dicintai daripada yang lainnya dan harus dibuktikan secara konkret, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun pelaksanaan. Jika kegiatan tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka akan memungkinkan terjadinya dikotomi keimanan dan akidah akan goncang. Allah mengindikasikan dalam Q.S At Taubah 24 dengan pemahaman bahwa siapa saja yang lebih mencintai suatu yang kalian miliki daripada Allah, Rasul Nya, dan perjuangan di jalan Nya. Maka Allah akan mendatangkan perintah (siksaan) Nya.

Hubungan iman dengan kebersihan

Dalam hal ini, terdapat keterkaitan yang fundamental mengenai wilayah kebersihan. Kebersihan merupakan salah satu hal baik sebagai cerminan rasa iman. Akan tetapi dalam ranah kebersihan, Suci dan bersih itu berbeda. Orang yang bersih belum tentu disebut suci, dan juga sebaliknya. Misalkan orang yang dalam keadaan hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil belum bisa dikatakan suci sehingga seseorang itu mandi besar jika hadats besar dan wudhu jika hadats kecil. Orang yang beriman itu harus suci, baik badannya, pakaiannya, maupun tempatnya, lebih-lebih dalam hal ibadah
Sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.(al-Maidah: 6)

Di dalam hadits Nabi saw. juga disebutkan:

Nabi mengatakan kebersihan sebagian dari iman, sebagian ahli tafsir memaknai “at thohur” di sini meninggalkan dosa. Nabi juga berkata iman ada 2 macam yaitu, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, dengan kata lain membersihkan jiwa dengan meninggalkan ma’siat.Pemahaman hadits tersebut, bahwa bersih juga meliputi bersihnya hati melalui cara ‘iffah yaitu menjaga dari hal-hal yang kurang jelas.
Arti lain dari “Nadhif” adalah “thahir” (suci), sebagaimana hadits:

Allah itu Zat yang suci menyukai kesucian, dan yang Zat yang bersih menyukai kebersihan. Yang dimaksud dengan kalimat “الله طيب” di sini ialah منزه عن النقائص , مقدس عن العيوب (Allah itu suci dari sifat-sifat yang kurang dan bersih dari cacat-cacat). Sedangkan Allah menyukai kesucian ialah menyukai dan meridhoi amal hamba Nya yang dilakukan dengan suci tingkah lakunya.
Bersih dan suci itu mempunyai banyak bentuk, di antaranya:

Membersihkan tujuan,- Seseorang jika ingin mendapat pertolongan Allah, maka harus membersihkan atau memurnikan niat semata-mata karena Allah. Karena itu, ia tidak berani jika melakukan suatu perintah kecuali telah mantab terlebih dahulu keikhlasan niatnya karena Allah SWT.

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Memurnikan tauhid,- Tauhid mengesakan Allah, tiada lain Dzat yang wajib disembah, membersihkan dari ketergantungan hati selain kepada Allah. Jika terjadi yang sebaliknya berarti menjadi bentuk kemusyrikan, yaitu menyekutukan atau menyamakan Allah dengan yang lainnya.

Memurnikan ittiba’ (mengikuti sunnah Nabi),- Seseorang dituntut memurnikan tujuan (niat), maka juga dituntut membersihkan perbuatan. Jadi, ia tidak akan melaksanakan suatu perbuatan melainkan perbuatan itu sesuai syari’at Islam dan benar-benar ittiba’ kepada petunjuk Rasulullah.

Keimanan dan Kebersihan dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis

Iman dan kebersihan dapat memberikan dorongan semangat dalam kegiatan ibadah kepada Allah SWT, yakni:

Iman dan perbuatan seseorang tidak bergantung kepada iman dan perbuatan orang lain, dan kebersihan sangat memberikan dampak positif kepada lainnya,yaitu memberi kenyamanan.

Iman menuntut legitimasi atas exsistensi Allah dengan sifat-sifat Nya bahwa Allah Maha Menghidupkan, dll, dan kebersihan dituntut adanya jiwa kesadaran, peka terhadap lingkungannya.

Sumber :

Note:
[1] Ibn Mandzur, lisanul ‘Arab (CD ROM Al Maktabah Al Syamilah), juz 13, hal 21
[2] Al Tobari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an (CD ROM Al Maktabah Al Syamilah), QS Al Baqarah 13
[3] QS Al Baqarah 3
[4] Al Bukhori, Shohih Bukhori (CD ROM Mausu’ah Al Syarifah), no 15
[5] Sayid sabiq, Akidah Islam: suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hal 91-95
[6] Buka QS Al Kahfi 107, QS Al Baqarah 62, QS Al Hajj 14, QS At Talaq 11, QS Al Hajj 50, QS At Taghabun 9, dst…….
[7] ِAt Turmudzi, Sunan Turmudzi (CD ROM Al Mausu’ah Al Syarifah), hal 2723
[8] Fatchurrahman, al Haditsun Nabawy (Yogyakarta: Menara Kudus, 1982), hal 213
[9] Syekh Zainuddin bin Ali Ahmad, Syu’abul Iman cabang-cabang iman, terj Musthofa (Surabaya: Al Ikhlas, 1984), hal 37-38
[10] Abdul Majid Al Hilali, Rahasia datangnya pertolongan Allah (Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997)
[11] Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental, pokok-pokok keimanan (Jakarta: PT Gunung Agung, 1982), hal 11

••••••••••══✿❀✿❀✿══••••••••••
  TANYA JAWAB KAJIAN ONLINE
              BAITI JANNATI
••••••••••══✿❀🕋❀✿══•••••••••

GROUP AKHWAT 1⃣
MODERATOR: Ukhty Maunatul Mukarromah

📝PERTANYAAN:
•••••••✿❀✿❀✿•••••••

1⃣Caranya memperbaharui keimanan yg sedang futur bagaimana dan cara melembutkn hati?

2⃣Assalammualaikum ustadzah nma ana yuliana dri singapura.
Begini ustadzah bagaimana cara agar keimanan kt tetap kokoh tdk terpengaruh omongan orang.
Mhon penjelasan ustadzah.
Syukron.

3⃣Ustadzh cara menjaga keikhlasan bagaimana agar ibadah berbuah pahala?

JAWABAN:
••••✿❀✿❀✿••••
1⃣
*وَعَلَيْكُمُ السَّلاَم وَرَحْمَةُاللّهِ وَبَرَكَا تُهُ*

Mengenai hadis perbarui iman dengan memperbanyak mengucapkan ‘laa ilaaha illallaah’ disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Mengenai hadis perbarui iman dengan memperbanyak mengucapkan ‘laa ilaaha illallaah’ disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ada beberapa cara untuk meningkatkan iman dan melembutkan hati:

1. Menjaga ketaatan kepada Allah
2. Berdoa agar iman kita selalu ditambah oleh Allah dan dilembutkan
3. Merenungi kandungan al-Quran/Tadabur
4. Perbanyak dzikir
5. Berteman dg org baik

2⃣
*وَعَلَيْكُمُ السَّلاَم وَرَحْمَةُاللّهِ وَبَرَكَا تُهُ*

Allah SWT mengumpamakan iman yang kuat seperti pohon yang akarnya menghunjam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdaun lebat, dan selalu berbuah
Agar pohon tetap subur dan kokoh, perlu dipelihara dengan memberinya air yang bagus dan pupuk yang berkualitas dan Iman pun demikian, yaitu dg cara:

1. Muhasabatunnafsi, melakukan introspeksi diri. 
2. Riyadhah ruhiyah, yaitu dengan latihan membiasakan melakukan amalan-amalan sunnah seperti shaum sunah, shalat Dhuha, Shalat Tahajud, Shalat Witir, dan amalan–amalan sunah lainnya yang berfungsi untuk menyuburkan ruhiyah, sehingga senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam hidup. 
3. Tadabbur Quran, yaitu membaca, memahami, menghayati, serta mengamalkan Al Quran. Syukur-syukur kita bisa mengajarkannya.
4. Dzikrullah (banyak mengingat Allah). 
5. Memperbanyak do'a
6. Mencintai fakir miskin dan anak yatim. 

3⃣
*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

1. Perbanyaklah berdo'a
2. Menyembunyikan amal kebaikan
3. Memandang rendah amal kebaikan
4. Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
5. Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia
6. Mampu mengendalikan hawa nafsu

•••┈┈•┈┈•⊰✿🕋✿⊱•┈┈•┈┈•••

                BAITI JANNATI

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WEBSITE :
Website Tholabul'ilmi: tholabulilmiindonesia.blogspot.com
Website Josh:
JOSHindonesia.blogspot.com
Website Laskar Subuh:
Laskarsubuhindonesia.blogspot.com
Telegram :
t.me/tholabulilmiWA
facebook FP :
m.facebook.com/TholabulilmiWhatsApp
facebook Group :
m.facebook.com/profile.php?id=183387271707797

Follow IG Tholabul'ilmi WA :
https://www.instagram.com/p/BfweMAflyYR/

▶ Gabung Komunitas Tholabul'ilmi :
Ketik : GabungTI#Nama#Domisili#Status#L/P
Kirim ke:
~ Ukh Nur Shafiyyah :
+886975707348
~ Ukh Anah Athifah :
+6285778166221

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
BAITI JANNATI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2