Rahasia Para Muttaqien

Pemateri: Ustazah Ren Dina
Kajian tanggal 30 Juli 2018.
‪+1 (506) 708-5152‬

➡ Muttaqin memiliki arti "orang yang bertaqwa". Adapun takwa itu ialah maqom/kedudukan dimana seseorang mempercayai adanya Allah dan mematuhi setip perintah-Nya walau Ia tidak pernah menampakan wujud dihadapan hamba. Orang yang sudah berada dalam kedudukan ini maka ia akan selamat.

➡ Orang yang bertaqwa (Muttaqin) memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh orang-orang mukmin lainnya. Mereka adalah orang yang bersedih jika tidak memperoleh musibah dan kemiskinan. Sedangkan kemiskinan, musibah, dan derita adalah rahmat Allah yang selaku disyukuri oleh mereka. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena Allah menjanjikan adanya pelebur dosa diantara kesengsaraan manusia.

Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوٰلِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ(🌹)

الَّذِينَ إِذَآ أَصٰبَتْهُمْ مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ.(🌹)

أُولٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ(🌹)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun".Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. Al-Baqarah ayat 155 -157)

Hakikat muttaqin dapat terlihat dalam khotbah Sayyidina Ali, yaitu dari kutipan "Keagungan Pencipta bersemayan di hati mereka sehingga apapun selain-Nya adalah kecil di mata mereka." (Nahj Al-Balaghah, Kotbah Al-Muttaqin, wasiat li'ajl Hamam)

Inilah yang menjadi syukur kepada orang muttaqin atas musibah, derita, sakit, dan bencana.

➡ Muttaqin tidak menyukai kemewahan dan gemerlap dunia. Masih dalam khotbah Sayyidina Ali, beliau menuturkan:

"Pakaian mereka sederhana. Gaya mereka merendah..."

Bagi mereka kekayaan adalah hal yang mengantarkan pada kekerasan dan kesombongan hati. Kekayaan juga menjadi undangan bagi orang-orang bersifat 'penjilat'. Mereka menyukai kesederhanaan. Mereka adalah orang yang tidak dikenal. Keinginan mereka bertolak belakang dengan kebanyakan orang.

Kita yang menjadi kebanyakan orang itu merasa kekayaan dan kekuasaan adalah tujuan/cita-cita. Di sekolah mana pun jika guru bertanya apa cita-cita muridnya maka sontak semua murid menjawab ia ingin menjadi orang yang kaya dan berkuasa di antara masyarakat. Sangat bertentangan dengan pola pikir Muttaqin.

Adapun jika mereka kaya maka kekayaan itu hanyalah untuk orang lain saja. Untuk diri mereka sendiri tetaplah sederhana. Kesederhanaan yang memiliki arti kemiskinan.

Sayyidina Ali berkata:

"Jika kalian melihat mereka maka kalian akan percaya bahwa mereka itu tidak sakit."

Jikalau orang-orang melihat para muttaqin maka orang itu mengira bahwa Muttaqin itu sakit. Sakit karena makanan mereka adalah seburuk-buruk makanan. Makanan orang-orang miskin. Gandum keras dan susu basi. Mereka seperti orang sakit karena "Tubuh mereka kurus seperti anak panah...". Mereka menahan lapar bukan hanya dalam berpuasa tetapi mereka memberikan seluruh hartanya kepada orang lain sehingga jatah makan mereka tidak ada. Menjadikan mereka kurus seperti batang kayu.

➡ "...dan kalian akan mengira bahwa mereka itu gila nyatanya keprihatinan besar telah membuat mereka gila."

Pernahkah antum semua membaca kisah tentang Al-Hallaj atau Syeikh Siti Jenar???

Kita melihat dari zahirnya (covernya) bahwa Al-Hallaj dan Syeikh Siti Jenar mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan sehingga banyak yang mengatakan bahwa mereka musyrik. Nyatanya tidak begitu. Mereka tidak mengaku bahwa mereka adalah Allah atau Dzat Allah bersemayan dalam diri mereka tetapi yang benar adalah

"Keagungan Pencipta duduk di hati mereka sehingga apapun selain-Nya adalah kecil di mata mereka."

Keagungan Allah memenuhi hati dan akal mereka. Kalam Ilahi tidak pernah lepas dari pikiran mereka walau sedetik saja. Ucapan mereka tidak akan muncul jika tidak dibarengi dengan ilmu yang diridhai oleh Allah. Ketika ditanya pikiran mereka selalu  melayang memikirkan keagungan dzat Allah. Inilah yang dialami Al-Hallaj dan Syeikh Siti Jenar. Mereka sudah menembus tembok-tembok keterbatasan akal manusia sehingga perbuatan yang mereka lakukan tidak bisa kita mengerti bak orang gila saja. Dari sinilah makna dan hakikat 'Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus.' berhasil tumbuh subur.

Analogi Al-Hallaj dan Syeikh Siti Jenar itu seperti Majnun terhadap Laila. Segala sesuatu dalam pandangan mereka selalu mengingatkan kepada Kekasih. Akal mereka sudah putus. Mereka tidak bisa memikirkan apa-apa kecuali Allah saja. Persis seperti Majnun. Dia tidak bisa memikirkan apa-apa bahkan memikirkan dirinya sendiri karena ia telah terbakar api cinta Laila.

Mereka adalah orang-orang yang dimabuk cinta Ilahi yang sangat dalam. Mereka dalam pandangan kita adalah orang yang prihatin.

Mengapa prihatin? Mungkin bagi anda yang membaca kisah Al-Hallaj dan Syeikh Siti Jenar kemudian menafsirkan lewat dzahirnya saja maka kalian mengira mereka orang gila dan sesat yang sangat prihatin. Nyatanya tidak. Nyatanya kitalah yang prihatin karena kita tidak tau betapa indahnya dimabuk cinta Ilahi sehingga segala sesuatu tidak ada kecuali Ilahi saja.

➡ Bagi Muttaqin ketundukan kepada Allah bukanlah karena surga. Cinta mereka kepada Allah adalah ikhlas sehingga walaupun mereka disiksa, dibenam, dan dihancurkan oleh Allah didalam jahanam maka mereka tetap ridha dan cinta kepada Allah tidak pernah pudar sedikitpun. Mereka mendapati bahwa apapun ketentuan Allah adalah manis buat mereka. Mereka adalah orang-orang yang hanya fokus terhadap satu Cinta.

Surga bagi mereka sudah mereka jumpai didunia ini yaitu ketika mereka sedang berasyik-masyuk dengan Allah.

Dan Neraka sudah mereka rasakan siksaannya ketika mereka menyadari bahwa amal besar yang sudah mereka lakukan belum cukup untuk menebus ridha Ilahi atas mereka.

Wahai Tuhanku siapakah yang mampu berpaling dari-Mu setelah menenggak anggur  cinta-Mu?

Siapakah yang mampu meninggalkan-Mu jikalau ia sudah merasakan perih dan menderitanya berpisah dari-Mu?

Siapa saja yang telah kehilangan-Mu maka apalagi yang dapat ia peroleh?

➡ Kebencian dalam diri Muttaqin itu tidak ada. Jika mereka marah maka  mereka tidak mengelurkannya. Jika mereka murka maka kemurkaannya tertekan/ditahan. Marahnya mereka tidak membuat orang lain celaka baik dari segi fisik maupun hati.

"Kejahatan mereka tidak ada. Kejahatan dari mereka tidak harus ditakuti."

Bagaimana mungkin mereka bisa jahat dan marah sedangkan mereka mengetahui bahwa segala sesuatu bersumber dari Sang Kekasih yaitu Allah.

Jika mereka membenci seseorang maka yang mereka benci itu adalah perbuatan yang dilakukan orang itu bukan materi/bentuk dan keberadaan orang tersebut.

Pemikiran semacam itu menjadikan mereka sebagai pengajar yang budiman. Jika ada orang yang salah maka mereka menasehati orang itu dengan tulus dan lembut, bukan dengan bentakan, ancaman, dan kecaman.

Wallahu A'lam.
✍🏻 (Talabeh/Talibah)

Nah jadi kesimpulan dari bahasan di atas ialah

1. Rahasia para muttaqin adalah menganggap bencana, kesedihan, cercaan, kemiskinan adalah nikmat dan karunia dari Allah.

2. Allah menjadikan mereka terbakar asmara kepada Allah jua.

Rahasia para muttaqin berkaitan dengan keajaiban.

Nah jadi orang yang bertaqwa itu mereka bisa melihat hal yang orang lain gak bisa lihat.

Disitu nanti Allah membantu dia untuk mengokohkan keimanannya.

Dia bisa melihat dan mengalami hal2 yang menakjubkan.

Seru itu. Kalau ummahat pernah ada yang ngerasain begituan berpikirlah "bahwa Allah hendak menunjukan kekuasaan-Nya lebih" jangan berpikir ah cuma kebetulan atau ah jangan2 ada hantu.

Jangan begitu. Jadikan hal2 yang aneh itu sebagai penyadaran bahwa Kuasa Allah itu menakjubkan dan mungkin mengerikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

TA'ARUF