GAMIS SYAR'I YANG TAK LAGI SYAR'I

Masa itu jilbab dan gamis adalah ekspresi ketundukan dalam hati. Simbol lahiriah dari esensi batiniah. Mengenakannya adalah ibadah. Modelnya pun sederhana.
Panjang, tebal, kalem, gelap, dan longgar.

Hingga kemudian sampailah kita di zaman yang sangat berbeda. Inilah zaman dimana mengenakan jilbab dan gamis seperti memilih menu makanan.

Mana yang disuka dimakan, yang tidak suka ditinggalkan. Tak ada bobot ruhiyah atau nuansa tawadhu.

Pakai gamis tak lebih dari ganti koleksi isi lemari. Hal yang bisa dilakukan tanpa harus menjemput hidayah.

Tak jarang karna terpesona pada artis dan fashion.

Setelah potensi bisnis gamis syar'i terendus oleh kapitalis industri mode, situasi tak lagi sama. 

Gamis syar'i yang tadinya sederhana, auranya pun jadi berbeda.

Yang tadinya simple, jadi berimpel rimpel.

Yang tadinya tebal jadi tipis. Yang tadinya longgar jadi ketat membentuk tubuh.

Intinya..
Yang tadinya untuk menutup pesona, malah jadi menebar pesona.

Duhai ukhti..
Kemana gerangan engkau mengambil teladan....???

Akhirul kalam wahai Ukhti..
Sederhana kan hijabmu.

Karna kelak tidak ada tim hisab yang akan mempertanyakan seberapa mahal gamismu, dan seterkenal apa branded gamismu.

Terus berusaha menghadirkan yg sesuai syariat.

#WeAreTholabul'ilmi
#Jomblosampaihalal
#Baitijannati
#Laskarsubuh
#Onedayoneayat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

TA'ARUF

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2