Aku Pulang
Dan perasaan ini hadir bersama angin sejuk sore hari. . .
Aku setengah berlari, dan berhenti di penghujung jalan di
depan tangga kayu yang masih menyisakan aroma cat, di depan rumah pohon kita.
Kubiarkan pikiranku memutar ulang fragmen-fragmen yang berloncatan membentuk
peristiwa-peristiwa silam. Mengisi rongga dadaku dengan sebanyak mungkin udara
untuk meredam gendering kerinduan yang ditabuh berulang.
Mengapa jantungku semakin memantulan debaran dengan buncahan
rasa yang sukar kujabarkan.
Kuedarkan pandanganku ke sekeliling rumah setelah berdamai
dengan perasaan, menelusuri tiap jengkal yang mampu kuraih. Lagi-lagi aku
terpaku dengan pesona yang ditawarkan di depan mata sebelum menapaki semua
tangga kayu ke atas. Pot-pot bunga melati yang kugantung di setiap sudut rumah.
Bunganya yang sedang kuncup itu akan
kita nikmati bersama saat mereka bermekaran. Aku suka sekali wanginya, An.
Warna putihnya bagai kumpulan peri-peri yang mengucapkan selamat datang padaku.
Apakah aku bermimpi?
Langkah-langkah kecilku sampai pada teras di sisi kanan
rumah, yang mampu menyajikan pemandangan langit saat pagi. Menunggu sang raja
hari bangun dari tidurnya dan tersenyum manis pada kita yang selalu menunggu
saat-saat ini bersama.
Kriiiittt!
Pintu kubuka dengan perlahan. Ada senyum yang menghiasi
sudut bibirku. Ah, pintu itu masih menyenandungkan derit yang sama. Apa kau
lupa untuk mengganti engselnya, An? Haha.
Kuhentikan langkah sejenak, sebelum akhirnya memutar langkah
dan ke sisi kanan rumah pohon kita. Aku tak sabar, Kau yang membuatku memilih
untuk tidak memasuki rumah, tapi berlari mengelilingi setengah rumah dan
berhenti di teras sisi kiri. Apa yang kutemukan? Kelintingan besi yang
menyenandungkan sambutan kerinduan, dan Kau! Dengan piyama coklat gambar
beruang favoritmu. Sudah mandi kau rupanya. Lalu duduk sendirian menikmati
langit jingga berteman dua cangkir cokelat panas. Aku tak perlu tanya, aku tahu
cangkir yang satunya lagi untuk siapa.
Hei Kau! Iya, Kau, untuk sejenak, letakkan dulu cokelat panasmu
dan palingkan wajahmu dari paronama senja yang memanja sukma, pandang aku! Aku
ingin melihat manik cokelat indah dan senyummu ketika aku berkata, “Aku
pulang!”. Tunggu sebentar, aku ingin mandi dan mengganti pakaian
kerjaku, lalu segera bergabung menikmati senja. Berdua denganmu, An.
Komentar
Posting Komentar