Aku butuh 24jam-mu
Setelah dua hari kurasa ada yang berbeda, iya, aku tanpa
pesan-pesan yang selalu kau kirimkan untukku. Hari ini setelah sholat magrib,
aku menemukan gambar amplop surat bertuliskan namamu dilayar ponselku. Ah,
rinduku sedikit terobati. Isi pesanmu hanya panggilan untukku.
Hey, apakah kau
masih ingat punya..?
Ah, apa kau merindukanku?
Setelah lebih dari duapuluh empat
jam aku tanpa kabar darimu. Sebenarnya ini mauku, aku yang menyuruhmu jangan
menghubungiku jika tidak sedang di rumah. Alasan hanya satu, aku selalu punya
pikiran buruk dan bercabang-cabang kemana pun jika aku sedang tak bersamamu.
Bukannya aku tak percaya padamu, bukan. Aku hanya tidak percaya orang-orang
disekelilingmu. Itulah mengapa, setelah kita jauh dalam hal jarak, aku lebih
merasa nyaman jika tahu kau sedang berada di rumah. Hanya itu.
Terakhir dua
malam yang lalu, aku mengobrol denganmu lewat telpon. Itupun aku yang menghubungimu. Sedangkan kau? Kau tak pernah lebih cepat untuk
berpikir menghubungiku lewat telpon. Pembicaraan kita hanya berlangsung
beberapa menit saja, bahkan tidak sampai sepuluh menit. Aku yang menyudahi
pembicaraan ketika kau menceritakan aktifitasmu seharian itu. Kau ke kampus
lagi kan?. Dengan alasan ingin menyelesaikan proyek batu nama fakultas itu,
tapi malah tidak jadi mengerjakan. Dan sepertinya kau pulang sore lagi. Jujur,
aku tidak suka itu. Mungkin kalau kau melihatku, wajahku berubah. (jadi
monster. Bercanda) Daripada emosiku terdengar olehmu melalui pembicaraan kita,
maka aku sudahi saja percakapan kita malam itu.
Esoknya hari rabu, itu satu hari di antara jadwal main
bulutangkismu selain hari sabtu. Aku mulai cemburu pada kedua hari itu. Karena
aku tidak lagi bisa main denganmu. Tapi bukankah kau sudah terbiasa main tanpaku?
Haha maaf aku lupa. Main denganku tidaklah sesenang saat main dengan yang lain.
Aku tidak pandai dalam hal itu. Dan juga kau akan pulang malam lagi karena
jadwal mainnya memang sampai malam. Tapi mungkin kau akan nginap di kampus
bersama yang lainnya. Karena kau sudah sempat mengatakan akan nginap di kampus
untuk membantu persiapan final kompetisi nanti. Dan itu adalah hari ini. Jadi
pantas saja aku baru menerima pesanmu saat sore, mungkin kau baru pulang ke
rumah saat itu. Dan kembali mengirim pesan padaku untuk sekedar mengingatkanku
sholat Isya. Terimakasih.
Kenapa kau tidak meneleponku saja? Tidak kah kau
ingin meminta maaf setelah meninggalkanku lebih dari duapuluh empat jam tanpa
kabar darimu? Haha, aku memang egois.
Tapi bagaimana pun, itu urusanmu, itu hakmu, itu duniamu.
Aku memang tak berhak mengetahui, mengatur, bahkan melarangmu untuk melakukan
itu semua. Tidak berhak sama sekali, termasuk tidak menghubungiku mungkin.
Karena mungkin kau ingin meloloskan permintaanku yang “tidak usah menghubungiku
jika tidak di rumah”. Ah, maafkan aku. Tapi, aku butuh kau. Duapuluh empat
jam-mu sayang.
I need your time, darl...
Komentar
Posting Komentar