MENGAPA MASIH ADA MAKSIAT DIBULAN RAMADHAN, PADAHAL SYAITAN DIBELENGGU ?

••••••••••══✿❀✿❀✿══•••••••••••
🔰WE ARE THOLABUL'ILMI 🔰
•••••••••••══✿❀✿❀✿══••••••••••

بسم الله الرحمن الرحيم

Suasana maksiat masih sangat terasa di bulan Ramadhan. Tidak hanya di lingkungan, termasuk diri kita sendiri, untuk menghindari maksiat, terasa masih sangat susah.

Sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ketika datang Ramadhan, setan setan dibelenggu.

Apakah berarti hadist ini sudah tidak berlaku?
Atau hadisnya tidak benar?

Tentu saja, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bohong. Beliau As Shadiq (orang yang benar) dan al Mashduq (wajib dibenarkan).
Hadistnya juga shahih. Riwayat Bukhari Muslim.

Di mana sisi masalahnya?
Ketika kita menghadapi hadist shahih, namun ada hal yang mengganjal sehingga masih kita pertanyakan, maka kedepankan pernyataan ini :

اتهم رأيك، اتهم نفسك

“Salahkan akalmu… salahkan dirimu”

Doktrin diri kita, Al Quran itu benar, hadist itu benar, Rasul itu benar, hadist itu tidak ada cacatnya.

Selanjutnya, ini semua karena keterbatasan kita dalam memahaminya.
Ini karena ketidaktahuan kita.
Husnudzan (berprasangka baik) kepada hadist, dan suudzan (berprasangka buruk) kepada  diri sendiri.

Kita simak hadisnya Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.”
(HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).

Dalam lafazh lain disebutkan :

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu pintu rahmat dibukan, pintu pintu Jahannam ditutup dan setan setan pun diikat dengan rantai.”
(HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).

Selanjutnya, kita kembali ke pertanyaan di atas.
Mengapa masih ada maksiat, jika setan telah dibelenggu?

Ada beberapa pendekatan yang disampaikan ulama dalam memahami kasus ini,

1. Sumber maksiat tidak hanya setan. Karena hawa nafsu manusia di sana berperan.
Keterangan disampaikan Imam as-Sindi dalam Hasyiyahnya (catatan) untuk sunan An Nasai.
Beliau mengatakan :
Hadist ‘setan dibelenggu’ tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan pengaruh jiwa yang buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan.

Jika semua berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan (setannya setan), dan seterusnya bersambung. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari dirinya. Allahu a’lam.
(Hasyiyah Sunan an-Nasai, as-Sindi, 4/126).

2. Setan dibelenggu tapi dia masih bisa mengganggu.
Hanya saja, dia tidak sebebas ketika dilepas. Karena makhluk yang dibelenggu hanya terikat bagian tangan dan lehernya. Sementara kakinya, lidahnya masih bisa berkarya.

Kita simak keterangan Imam Al Baji ulama Malikiyah dalam Syarh Muwatha’ :

Sabda beliau :
,Setan dibelenggu’ bisa dipahami bahwa itu dibelenggu secara hakiki. Sehingga dia terhalangi untuk melakukan beberapa perbuatan yang tidak mampu dia lakukan kecuali dalam kondisi bebas. Dan hadist ini bukan dalil bahwa setan terhalangi untuk mengganggu sama sekali.  Karena orang yang dibelenggu, dia hanya terikat dari leher sampai tangan. Dia masih bisa bicara, membisikkan ide maksiat, atau banyak gangguan lainnya.

3. Sejatinya setan tidak dibelenggu secara hakiki. Sifatnya hanya kiasan.

Mengingat keberkahan bulan ramadhan, dan banyaknya ampunan Allah untuk para hamba-Nya selama ramadhan. Sehingga setan seperti terbelenggu.

Keterangan al-Baji :
Bisa juga kita maknai, bahwa mengingat bulan ini bulan pernuh berkah, penuh pahala amal, banyak ampunan dosa, menyebab setan seperti terbelenggu selama ramadhan. Karena upaya dia menggoda tidak berefek, dan upaya dia menyesatkan tidak membahayakan manusia…
(Al-Muntaqa Syarh al-Muwatha’, al-Baji, 2/75)

4. Yang dibelenggu tidak semua setan. Tapi hanya setan kelas kakap (maradatul jin).
Sementara setan setan lainnya masih bisa bebas.

Terjadi maksiat, disebabkan bisikan setan setan kelas biasa.
Dalam fatwa  syabakah islamiyah dinyatakan :
Sebagian ulama berpendapat bahwa setan yang dibelenggu hanyalah setan kelas kakap
Berdasarkan pendapat ini, adanya maksiat, disebabkan bisikan setan yang belum dibelenggu.
(Fatwa  Syabakah Islamiyah, no. 40990).

Yang lebin penting adalah kita berupaya untuk menghindari maksiat sebisa yang kita lakukan. Agar puasa kita semakin berkualitas.

Allahu a’lam

•••┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•••
Website :

Website Tholabul'ilmi: tholabulilmiindonesia.blogspot.com
Website Josh:
JOSHindonesia.blogspot.com
Website Laskar Subuh:
Laskarsubuhindonesia.blogspot.com
Telegram :
t.me/tholabulilmiWA
facebook FP :
m.facebook.com/TholabulilmiWhatsApp
facebook Group :
m.facebook.com/profile.php?id=183387271707797

Follow IG Tholabul'ilmi WA :

▶ Gabung Komunitas Tholabul'ilmi :
Ketik : GabungTI#Nama#Domisili#Status#L/P
Kirim ke:
~ Ukh Susan Anisya :
+6285374450956
~ Ukh Petty Nusaybah :
+6285266812579

•••┈┈•┈┈•⊰✿🔰✿⊱•┈┈•┈┈•••
🔰WE ARE THOLABUL'ILMI🔰

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2