APAKAH MAKMUM WAJIB MEMBACA AL - FATIHAH?

••••••••••══✿❀✿❀✿══•••••••••••
  🔰WE ARE THOLABUL'ILMI 🔰
•••••••••••══✿❀✿❀✿══••••••••••


بسم الله الرحمن الرحيم

Membaca al-Fatihah merupakan salah satu rukun dalam setiap raka’at dalam shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah, baik itu shalat jahriyah (shalat yang bacaan al - Fatihahnya dibaca dengan suara keras) atau sirriyah (shalat yang bacaan al-Fatihahnya dibaca pelan).
Ini merupakan pendapat mayoritas Ulama, seperti imam Sufyan ats-Tsauri, Malik, asy-Syafi’i, dan lainnya.
(Lihat: Shahîh Fiqhis Sunnah, 1/319, karya Syaikh Abu Malik Kamal Ibnus Sayyid Sâlim)

Namun ada perbedaan Pendapat Ulama tentang hukum membaca al-Fatihah bagi makmum sebagai berikut :

1. Makmum tidak membaca al-Fatihah, baik dalam shalat jahriyah atau sirriyah.
Ini adalah pendapat Imam Abu Hanîfah rahimahullah dan sebagian pengikutnya.

2. Makmum membaca al-Fatihah dalam shalat sirriyah, namun tidak dalam shalat jahriyah.
Ini adalah pendapat imam Zuhri, Malik, asy-Syafi’i dalam qaul qadim (pendapat beliau yang lama), Muhammad murid Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh al-Albani, rahimahumullah dan lainnya.

3. Makmum harus membaca al-Fatihah baik dalam shalat jahriyah atau sirriyah.

Ini adalah pendapat imam asy-Syafi’i dalam qaul jadid (pendapat beliau yang baru), al-Bukhari, Ibnu Hazm, asy-Syaukani, Syaikh al-‘Utsaimin, Syaikh Bin Baaz, Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad, dan lainnya. (Lihat : Shahîh Fiqhis Sunnah, 1/544-546; dll)

Pendapat yang paling kuat dari ketiga pendapat di atas adalah pendapat ke tiga, dengan dalil dalil sebagai berikut :

1. Membaca al-Fatihah merupakan salah satu rukun dalam ibadah shalat.

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Dari Ubâdah bin ash-Shâmit dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah."
(HR. al-Bukhâri, no. 723 ; Muslim, no. 394; dll)

Imam al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dalam sebuah bab yang beliau rahimahullah beri judul :
Bab: “Kewajiban membaca bagi imam dan makmum dalam semua shalat, di kota sendiri dan di luar kota, dan pada shalat yang dijahrkan dan yang dibaca pelan”.

Sedangkan imam Muslim meriwayatkan hadits ini dalam bab :
Bab: “Kewajiban membaca al-Fatihah di dalam setiap raka’at.

2. Makmum dalam shalat jahriyah juga wajib membaca al-Fatihah
Dalam bab ini ada beberapa hadits, di antaranya :

Dari ‘Ubâdah bin ash-Shâmit, dia berkata :
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Shubuh bersama kami (menjadi imam), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kesusahan membaca. Setelah berpaling (salam),

Beliau bersabda :
"Aku melihat kalian membaca di belakang imam kamu."

Mereka menjawab :
“Ya, demi Allah ! Wahai Rasulullah, kami betul melakukannya.

Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Jangan kalian lakukan, kecuali membaca Ummul Qur’an, karena sesungguhnya tidak ada shalat bagi orang yang tidak membacanya.” (HR. Ahmad, no. 22694; al-Bukhari dalam al-Juz fil Qira’ah; Ibnu Khuzaimah, no. 1581; Ibnu Hibbân, no. 1782, 1792, 1848; dll. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Shahîh lighairihi, adapun riwayat ini maka dia derajatnya hasan karena perawi bernama Muhammad bin Ishâq”. Syaikh al-Albani menshahîhkannya dalam kitab Sifat Shalat Nabi, hlm. 99)

Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan hadits ini dalam kitabnya dalam bab :
“Bab: Membaca di belakang imam, walaupun imam menjaharkan bacaan. Dan larang terhadap makmum dari membaca lebih dari al-Fatihah jika imam menjaharkan bacaan.”

Kesimpulannya :
Bahwa para Ulama sejak zaman dahulu telah berbeda pendapat dalam masalah ini, dan masing masing memiliki dalil yang dianggap kuat, maka kita harus berlapang dada dengan perbedaan pendapat tentang masalah ini.
Karena semua perbedaan pendapat di antara kaum Muslimin wajib dikembalikan kepada al-Qur’an dan As-Sunnah.

Maka bagi orang orang yang berilmu bisa memilih pendapat yang paling kuat kemudian mengikutinya, tanpa menghukumi pihak lain berada dalam kesesatan.
Adapun orang awam hendaklah dia memilih pendapat Ulama yang dia percayai ilmu dan amanahnya.

Perbedaan pendapat ini tidak boleh menjadi sebab kebencian dan permusuhan di antara kaum Muslimin.

Demikian juga kita tidak boleh menghukumi tidak sah shalat orang yang berbeda pendapat dengan kita dalam masalah ini.
Namun hendaklah kita memilih pendapat yang lebih selamat dan menetramkan hati.

Wallahu a’alam.

(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVII/1435H/2014.)

•••┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•••
Website :

Website Tholabul'ilmi: tholabulilmiindonesia.blogspot.com
Website Josh:
JOSHindonesia.blogspot.com
Website Laskar Subuh:
Laskarsubuhindonesia.blogspot.com
Telegram :
t.me/tholabulilmiWA
facebook FP :
m.facebook.com/TholabulilmiWhatsApp
facebook Group :
m.facebook.com/profile.php?id=183387271707797

Follow IG Tholabul'ilmi WA :

▶ Gabung Komunitas Tholabul'ilmi :
Ketik : GabungTI#Nama#Domisili#Status#L/P
Kirim ke:
~ Ukh Susan Anisya :
+6285374450956
~ Ukh Petty Nusaybah :
+6285266812579

•••┈┈•┈┈•⊰✿🔰✿⊱•┈┈•┈┈•••
    🔰WE ARE THOLABUL'ILMI🔰

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2