Tausiyah Pernikahan yang Setara

[17/6 21:56] ‪
•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

Alhamdulillah malam ini Kita Telah Berkumpul Kembali Untuk Menyimak Kajian Bersama Narasumber Kita

👳‍♂ Ustadz : Mamang M. Haerudin, M.Pd.I

📝 Dengan tema   : Tausiyah pernikahan yang setara

Semoga Dengan Izin Allah Ta'ala.. Acara Kita Malam Ini Bisa Berjalan Dengan Lancar..

Aamiin Yaa Rabbal'Alamiin...

•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

Sahabat JOSH Yang dimuliakan oleh Allah..
Untuk lebih mengenal Narasumber Kita

BERIKUT BIODATA BELIAU :
👇
••••••••••══✿❀💟❀✿══•••••••••

👳‍♂.Nama Lengkap : Mamang M Haerudin.M.Pd.I

👨‍💼Nama Panggilan:  Aa Atau Mamang

Tempat/Tgl Lahir: Cirebon 22 Juli 1989

🏡Domisili: Desa Kubangdeleg. Kec Karawang.Kab Cirebon. 45186

Status : lajang

📚 Pendidikan :  S1,S2 IAIN Syeikh Nurjati Cirebon. Pesantren Raudathul Tholibin Babakan.Ciwaringin

💼Aktivitas : Mendidik.Mengaji.Menulis

📌 Motto Hidup : Membaca Menulis Dan Kajianlah Maka Kita Akan Hidup

📧 Email : aazevenaldien@gmail.com

📱Whatsapp No :081946916769

✍Motivasi bergabung dalam TI : Syiar Dakwah Islam Dan Memperluas Tali Silaturahim

•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

Baiklah Sahabat JOSH Untuk Mempersingkat Waktu..
Marilah Kita Langsung Saja Menyimak Dan Ikuti Bersama Sama..

MATERI TAUSIYAH DARI NARASUMBER KITA Ustadz Mamang

🎀🎊🎉🎊🎀🎉🎊🎉🎀                

Tafadhol Ustadz @⁨Mamang M Haerudin (Aa)⁩
Waktu Dan Tempat Kami Persilakan :

•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

       Tausiyah Pernikahan yang Setara

Kalau tidak ada halangan, 24 Agustus 2019 sedari sekarang saya sudah dihubungi dan diundang untuk menyampaikan tausiyah dalam acara walimah pernikahan. Ini memang undangan tausiyah pertama pasca Hari Raya Idul Fitri 2019 nanti. Sebetulnya tidak jauh berbeda sebagaimana menyampaikan tausiyah dalam acara-acara lain, walimah khitan, halal bi halal, Maulid Nabi saw, Isra Mikraj dan lain sebagainya. Hanya saja, dalam walimah pernikahan saya selalu harus lebih menekankan pada aspek kesetaraan dan kesalingan dalam Islam. Entah mengapa sejak lama saya masih sulit menemukan para dai-daiyah yang mempunyai spirit kesetaraan dan kesalingan manakala menyampaikan pesan maupun hikmah dalam walimah pernikahan.

Perempuan -dalam hal ini pengantin perempuan- hampir selalu menjadi sasaran. Perempuan akan selalu dianggap sebagai manusia kelas dua setelah laki-laki. Apalagi ketika perempuan tersebut telah sah menjadi seorang istri. Dan saya sering kali menemukan kasus-kasusnya. Suatu ketika saya menemukan kasus di mana perempuan tersebut telah bekerja di suatu tempat, tiba-tiba mendadak resign dari tempatnya bekerja dengan alasan ingin berbakti kepada suami. Padahal bekerja kalau diniati ibadah maka bekerjanya pun bernilai ibadah. Perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa menyalurkan bakatnya dalam bekerja. Lagi pula perempuan atau istri bekerja itu bukan dalam rangka menyaingi suami.

Sebelum maupun setelah menikah perempuan tetap mulia, tidak lantas turun derajat di bawah laki-laki. Perempuan harus memuliakan laki-laki, sebagaimana laki-laki harus memuliakan perempuan. Allah Swt. tidak pernah membeda-bedakan makhluk ciptaan-Nya hanya karena jenis kelaminnya. Predikat istri salehah sekalipun, mesti diiringi dengan upaya suami menjadi suami yang saleh. Ada relasi kesalingan antara istri dan suami. Bahwa dengan pernikahan, keduanya harus tetap saling mendukung dan menghargai. Sehingga kita tidak memaknai pernikahan sebagai akad jual-beli: suami membeli istri. Sehingga akhirnya istri harus selalu menuruti apapun perintah suami tanpa kecuali.

"Perempuan itu fitnah, perempuan itu dekat dengan setan, perempuan itu paling banyak menghuni neraka, perempuan cukup di rumah saja, perempuan itu cuma tulang rusuk, sementara laki-laki tulang punggung dan seterusnya." Inilah pelabelan yang tidak setara yang biasa disampaikan para dai-daiyah yang akhirnya menjadi bulan-bulanan masyarakat yang dialamatkan kepada perempuan. Baik yang disampaikan dengan bercanda maupun yang serius yang disertai dalil-dalil agama yang dimaknai secara sempit. Dan saya pikir kita semua harus mengubah cara berpikir sempit dan budaya patriarkhi seperti ini. Sebab Islam memuliakan perempuan, sebagaimana juga kepada laki-laki.

Perempuan itu cerewet, perempuan itu cengeng, perempuan itu biang maksiat, perempuan itu separuh akal laki-laki, perempuan itu agamanya kurang dan masih banyak lagi berbagai penyematan miring lain yang semuanya dialamatkan kepada perempuan. Penyematan miring itu diperparah dengan dalil-dalil yang disampaikan oleh para dai-daiyah, termasuk dalam acara-acara tausiyah walimah pernikahan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pasca Hari Raya Idul Fitri biasanya masyarakat kita memanfaatkan momen ini untuk melangsungkan walimah pernikahan, momen di mana keluarga sedang berkumpul.

Saya dan kita sekalian mesti menghentikan ini semua. Dakwah-dakwah Islam, terlebih dakwah berkenaan dengan walimah pernikahan harus disampaikan dengan perspektif kesalingan dan kesetaraan. Saya dan para laki-laki tidak boleh merasa paling unggul hanya karena kita berjenis kelamin laki-laki. Kita butuh para dai-daiyah yang ramah perempuan. Dai-daiyah yang mampu menjelaskan prinsip-prinsip Islam yang mendudukkan perempuan dan laki-laki secara adil. Bahwa dalam pernikahan, perempuan dan laki-laki sepenuhnya adalah makhluk Allah yang mulia. Sehingga tidak ada laki-laki yang otomatis akan lebih mulia ketimbang perempuan dan begitu pun sebaliknya.

Setelah menikah, dalam proses mengarungi bahtera rumah tangga, istri dan suami harus saling mensuport. Ibarat pilot pesawat. Suami boleh jadi menjadi pilotnya, tetapi ingat istri berada dalam posisi co-pilot. Keberadaan pilot dan co-pilot di sini tidak dapat dipisahkan, tidak dapat dinegasikan satu sama lain. Itu artinya suami tidak boleh egois manakala memutuskan kebijakan di dalam rumah tangga. Tanpa informasi istri, tanpa penguatan dari istri apa hebatnya seorang suami. Sebagaimana hebatnya co-pilot yang selalu siap siaga mensuport pilot dalam mengemudikan pesawat. Bahkan pada faktanya zaman sekarang telah banyak perempuan yang berprofesi sebagai pilot.

Maka dengan demikian, dalam pernikahan yang mesti dipegang adalah prinsip kesalingan dan kesetaraan. Alangkah indahnya apabila hubungan rumah tangga direkatkan oleh tali di mana istri dan suami saling membutuhkan. Sebab tidak ada di dunia ini suami yang sempurna, sebagaimana tidak adanya istri yang sempurna. Dalam hal apapun, istri dan suami harus terbuka, waspada dan tidak boleh cepat untuk saling menyalahkan. Meminjam istilah Al-Qur'an, istri itu merupakan "pakaian" bagi suami, sebagaimana juga suami yang merupakan "pakaian" bagi istri. Saya pikir narasi-narasi bermuatan kesalingan dan kesetaraan seperti inilah yang harus dikupas oleh para dai-daiyah. Bercanda dalam berdakwah itu penting, tetapi jangan sampai menjadikan perempuan sebagai objek candaan dengan candaan yang menertawakan dan merendahkan perempuan.

Wallaahu a'lam

Mamang M Haerudin (Aa)

Pesantren Bersama Al-Insaaniyyah, 17 Juni 2019, 20.03 WIB

••••••••••══✿❀✿❀✿══••••••••••
  TANYA JAWAB KAJIAN ONLINE
       JOMBLO SAMPAI HALAL
••••••••••══✿❀💟❀✿══•••••••••

💟GROUP AKHWAT 6⃣
MODERATOR: Ukhty Della

📝PERTANYAAN:
•••••••✿❀✿❀✿•••••••

1⃣ Assalamualaikum ustadz ana Aulia dari Semarang ingin bertanya apakah ada relasinya antara kesetaraan gender dengan bahasan diatas, padahal dalam Alquran kan jelas
(ٱلرِّجَالُ قَوَّ ٰ⁠مُونَ عَلَى ٱلنِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضࣲ وَبِمَاۤ أَنفَقُوا۟ مِنۡ أَمۡوَ ٰ⁠لِهِمۡۚ فَٱلصَّـٰلِحَـٰتُ قَـٰنِتَـٰتٌ حَـٰفِظَـٰتࣱ لِّلۡغَیۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّـٰتِی تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِی ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُوا۟ عَلَیۡهِنَّ سَبِیلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِیࣰّا كَبِیرࣰا)
[Surat An-Nisa' 34]
Apakah tidak bertentangan dengan ayat di atas mohon penjelasannya ustadz🙏

2⃣ assalamu'alaikum ustadz.
ustadz, bgmn cara yg tepat dlm menyampaikan kbenaran ketika suami berbuat yg tidak semestinya agar tidak mnyinggung tapi mengena.
jazakallah khoir ustadz
🌀
ustadz untuk waktu yg tepat dlm menyampaikn hal itu kapan gih stadz agar tidak slah dlm istri bersikap
syukron ustadz

3⃣assalamu'alaikum stadz
ustadz bolehkah memilih calon suami yg kurang baik agamanya, namun ia berniat untuk berubah lebih taat. jazakallah khoir ustadz

JAWABAN:
••••✿❀✿❀✿••••

1⃣ Ini soal memahami ayat sih. Kalau saya memahami ayat itu sebagai ayat yang dari kata "ar-rijal" itu soal kualitas bukan jenis kelamin. Kualitas kepemimpinan itu perempuan juga bisa. Tapi saya nggak maksain. Itu pemahaman saya.

Kalaupun ada yang memahami bahwa laki-laki itu harus mutlak jadi pemimpin maka jadilah pemimpin yang rendah hati, yang melayani. Bukan pemimpin yang merendahkan, maunya selalu dilayani. 🙏

2⃣ Ya memang nggak mudah ya. Sebab sering banget perempuan atau istri itu selalu salah dan disalahkan. Perlu kesabaran.

Caranya ya dengan bicara dari hati ke hati. Sambil disertakan argumennya tetap dengan hati-hati juga. Sambil kita doakan.
🌀Biasanya setelah istri dan suami shalat berjamaah. Pikiran masih adem. Jangan diutarakan ketika suami lagi capek dan kelelahan.

3⃣ Kualitas agama itu memang berproses sih ya. Hanya itu dikembalikan pada keyakinan kita. Setelah melalui izin dari orang tua dan istikharah, lalu laki-laki benar-benar mau berubah ya nggak ada masalah sih. Hanya lebih hati-hati aja.

•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

      💟JOMBLO SAMPAI HALAL💟

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

TA'ARUF