KUATNYA JIWA

••••••••••══✿❀💟❀✿══••••••••••    
       
FORMAT PERTANYAAN
HARI / TANGGAL : SENIN, 15 OKTOBER 2018
➖➖➖➖➖➖➖

NAMA MEMBER : Erna
DARI GROUP JOSH : Josh 6

ORANG yang kuat bukanlah orang yang memiliki badan kuat, pintar bergulat dan bersilat. Tapi orang yang kuat adalah orang yang jiwanya kuat. Sebab, jiwa yang kuat itu mempu membuat cara agar hati, fikiran dan badan tahan menghadapi tekanan. Sebaliknya, dalam jiwa yang lemah terdapat sifat-sifat merusak; putus asa, malas dan negative thinking.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ”Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang menguasai jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari). Kemampuan untuk menguasai jiwa dan mengendalikannya itulah yang disebut sabar.

Sabar berasalah dari bahasa Arab shobaro – yang makna aslinya adalah menahan atau mencegah dari sesuatu. Dalam istilah ia dimaknai sebagai kemampuan jiwa untuk menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Dari definisinya tersebut saja, kita bisa menarik kesimpulan bahwa sabar, bukan identik dengan kepasrahan, ketidak mampuan atau pasif merespon peristiwa tertentu. Justru, sifat sabar memberi perintah untuk berbuat aktif-positif, merubah pandangan jiwa untuk melakukan kebaikan.

Orang yang mengendalikan jiwa emosional, misalnya membutuhkan tiga anggota tubuh; kerja akal, hati dan fisik. Akal harus mengarahkan, hati harus beriman dan fisik dikendalikan oleh keduanya untuk membalik jiwa negatif menjadi aktifitas yang bermanfaat. Tentu ini bukan kerja biasa.

Kekuatan menahan diri dari musibah atau kegalauan nasib biasanya dimiliki oleh orang-orang shalih. Ketika ada musibah, hatinya langsung terpaut dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia tidak menyorot kepada siapapun, tapi diterimanya sebagai sebuah peringatan-Nya. Karena merasa diperhatikan – dengan diberi peringatan oleh Allah itu – hatinya akan digerakkan untuk berbuat lebih baik lagi, bukan diam diri, pasrah menerima tanpa berbuat apapun. Atau tidak membalasnya dengan perbuatan buruk pula, tidak mengumpat Allah, dan jiwanya sama sekali tidak goyah untuk tetap berada di jalannya – tetap mengharap ridla-Nya (Abu Bakar al-Jazairi, Minhajul Muslim,118).

Maka dari itu, sifat sabar tidak mungkin ada kecuali dalam diri orang beriman. Orang sekuler – yang tidak menjadikan Tuhan tempat menggantungkan – pasti tidak sabar. Imam al-Ghazali mengatakan sebagai sebuah ruang di antara ruang-ruang agama yang tinggi. Tidak akan tertanam kecuali kepada orang yang mengenal Allah (al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin 4, hal. 61).

Bahkan sabar adalah bagian dari iman (syathrul iman). Berarti orang yang tidak bersabar, imannya belum sempurna. Hal itu telah disinggung oleh Allah dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu.” (QS. Ali Imran: 200). Ketika kita tidak kuat – dalam menahan dari emosi, kegalauan hidup dan musibah yang menimpa – maka kita dikategorikan orang yang lemah. Tidak saja lemah jiwa tapi juga lemah iman.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28).

•••┈┈•┈┈•⊰✿💟✿⊱•┈┈•┈┈•••

💟Admin: Jj

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

TA'ARUF

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2