Kegilaan
Beberapa hari belakangan ini, saya merasa penat luar biasa.
Bukan karena tugas yang menggunung atau pekerjaan yang meruah sehingga sulit
untuk diselesaikan (itu karena saya sedang menganggur). :D
Saya hanya merasa penat tanpa alasan yang spesifik.
Aneh ya? Tidak, saya rasa.
Tidak perlu dipungkiri, setiap orang selalu butuh waktu dan
ruang untuk dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa memberikan batasan seberapa
banyak atau seberapa lama, karena hal-hal demikian bersifat kondisional.
Se-keras kepala-nya saya sebagai manusia, orang-orang terdekat saya pasti paham
bahwa Eka adalah tipikal perempuan yang sangat menghargai kesempatan untuk
kesendirian. Kondisi tanpa kegilaan yang memungkinkan saya untuk melakukan
banyak hal yang sukai, namun terlampau sulit saya lakukan dalam kondisi beramai-ramai.
Namun lama kelamaan, saya justru merasa kosong luar biasa.
Sepertinya mulai menghadapi sindrom kelebihan waktu berkualitas untuk diri
sendiri. Dan sekarang saya butuh semua kegilaan itu lebih dari apapun. Saya
butuh kegilaan yang menyenangkan, dan tidak butuh waktu lama untuk menyadari
bahwa nama lain dari kegilaan itu adalah teman.
Saya sangat merindukan datang ke kampus untuk bertemu dengan
kawan-kawan saya. Bergosip tidak jelas, dan mengakhiri hari dengan
mengenyangkan perut ditempat yang seringkali berbeda tiap harinya. Sekarang,
masing-masing dari kami sudah punya kesibukan sendiri. Terlalu sulit untuk
membuat janji bertemu. Apalagi masalah terbesar sekarang adalah jarak.
Saya sangat merindukan Ruth dan Mami, mampir ke rumahnya sekedar
untuk menginap sehari, mengisi hari dengan nonton film, makan bersama, duduk di
'kupang' untuk mencari angin sepoi-sepoi, dengerin cerita masa lalu Mami, curhat,
bergosip ngalor-ngidul dan ikut mutar kompleks perumnas 4 untuk menjajakan
jualan. Dan masih sama, sekarang masalahnya jarak, tentunya tidak bisa seperti dulu.
Saya sangat merindukan Wellem, Radian, Ricki, dan Ilam di
teras kos saya, sekedar mengganggu tidur, kerja tugas bergantian tempat,
mengajak makan, atau memang berniat curhat galau. Saya merindukan tingkah
goblok mereka dan betapa gobloknya saya ketika sedang bersama mereka. Sekarang, Radian dan Ilam sedang mempersiapkan diri untuk sekolah magister mereka. Sedangkan
dua yang lainnya, Wellem dan Ricki sedang sibuk membuat skripsi. Tentunya, keadaan tidak seluang dulu, bukan.
And, last but no least, saya merindukan seseorang yang
sangat dekat dengan saya di semester akhir kuliah, selain sangat sangat sangat
merindukan diri saya sendiri yang tampak sangat bahagia ketika mereka masih
(selalu) ada di sekitar saya.
Well, mereka memang tidak sepenuhnya hilang. Mereka hanya
sedang singgah difrekuensi yang berbeda dengan saya, untuk menyelesaikan apa
yang seharusnya mereka selesaikan di sana, dan tetap akan berusaha menyamakan
frekuensi sewaktu-waktu saya perlu bertemu karena terlalu merindu.
Jadi, kegilaan itu sudah punya nama sekarang. Dan sungguh,
saat ini saya membutuhkan kegilaan itu lebih dari apapun. Tidak peduli betapa
annoyingnya kalian, betapa (kadang) menjengkelkannya kalian, betapa
mengganggunya kalian, betapa tidak pentingnya perilaku kalian, betapa
berisiknya kalian, saya merindukan kalian. Hmm, mungkin lebih tepatnya: saya merindukan kita.
Komentar
Posting Komentar