Ada Waktunya
Ketika mencapai usia kepala dua maka pikulan beban pun
bertambah dan menyongsong masa depan pun semakin nyata untuk dihadapi, semua
itu memang ada waktunya.
Empat tahun menimba ilmu akhirnya bertemu dengan tugas
akhir, sidang, yudisium dan wisuda adalah suatu perjalanan yang harus dihadapi
seseorang yang katanya kaum intelektual muda untuk memperoleh gelar sarjana,
semua itu memang ada waktunya.
Dari pintu ke pintu yang
didatangi hanya untuk mencari tumpuan akan masa depan, berharap tiga hari, lalu
seminggu atau sebulan, dan telepon genggam selalu menjdi sorotan. Yap! Akhirnya berbunyi,
mengabarkan suatu kabar gembira. Itu akan ada waktunya.
Semua memang ada waktunya ketika impian, cita, harapan dan
doa menjadi kenyataan. Jikalau belum didapatkan, yaa karena memang belum
saatnya. Bersabarlah.
Ketika berganti bulan, hati ini selalu saja senang karena
bisa meminta uang jajan. Adakalanya berganti menjadi memberi. Ya, semua
memang ada waktunya.
Dan...
Sama halnya dengan cinta, pasti ada waktunya nona akan
bertemu tuan. Kalau saja tuan tahu sebenarnya nona menanti kehadiran tuan.
Mungkin sebentar lagi tuan akan datang, jika memang sudah waktunya kan?
Jadi, memang semua ada waktunya. Manusia hanya bisa
berharap, Tuhanlah yang mempunyai kehendak, karena Dia ingin mempertemukan dengan
‘waktunya’.
Terkadang ‘waktunya’ selalu menjadi sebuah penantian yang di
nanti-nanti kehadirannya, tetapi ‘waktunya’ pun bisa jadi sesuatu yang
menakutkan yang tidak diharapkan sama sekali kehadirannya.
Doa pun menjadi pengiring langkah kaki selama perjalanan,
dan Tuhan memang sang eksekutor lah yang menentukan kemana arahnya. Jika ‘waktunya’
memang belum datang juga, mungkin itulah rencana indah Tuhan yang penuh rahasia
dan tak pernah terduga.
#Kak Mira
Komentar
Posting Komentar