Antara Mata dan Hati

Berbicara tentang bagaimana menjaga keimanan sangat erat kaitannya dengan pembicaraan bagaimana menjaga mata dan hati, karena mata adalah salah satu pintu masuknya “dosa” yang melemahkan iman, dan hati adalah tempat bersemayamnya iman.

Mata adalah panglima hati, jendela hati. Hampir seluruh perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata, bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang.

Kalau kita keluar rumah, hampir tidak lepas dari melihat hal-hal yang diharamkan dan dibenci oleh Allah, apalagi di jalan-jalan, taman-taman rekreasi, pasar dan pusat-pusat perbelanjaan. Demikian juga di dalam rumah. Apabila kita membuka stasiun televisi, hal-hal yang dibenci sudah menjadi suguhan dan santapan yang biasa.

Mungkin semua itu kita anggap sepele dan remeh, namun hal yang ringan dan remeh inilah yang terus bertumpuk-tumpuk sampai menggunung, yang meninggalkan karat-karat di dalam hati. Sehingga hati kita tertutup dan sinar iman pun tidak bisa menenmbus. Maka benarlah apa yang dikatakan seorang penyair: “semua peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api yang besar awalnya dari percikan api”.

Seperti itu juga yang telah diungkapkan oleh para salafus shalih: “Banyak makanan haram yang bisa menghalangi orang melakukan shalat tahajjud di malam hari. Banyak juga pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari membaca Kitabullah”

Dalam hidup ini kita pernah berhenti dirundung fitnah dan ujian, karena hakikat hidup ini adalah alam ujian. Maka mata adalah salah satu dari ujian itu, jika orang keliru menggunakan pandangan matanya berarti ia terancam bahaya besar, karena mata adalah pintu yang paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati. Mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut.Yang pertama, mata memiliki kenikmatan pandangan, sedang yang kedua, hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu, keduanya adalah sekutu yang mesra, jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mencela dan mencerca.

Maka alangkah baiknya kita mendengarkan dialog antara mata dan hati seperti apa yang digambarkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah:

Kata hati kepada mata:

“Kaulah yang menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dari kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah, “Hendaklah mereka menahan pandangannya,” Kau salahi sabda Rasulullah SAW, “Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barang siapa meninggalkannya karena takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, dan akan merasakan kelezatan dalam hatinya,” (HR. Ahmad).

Tapi mata berkata:

"Kau zalimi aku dari sejak awal sampai akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah, jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula, jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati. (HR. Bukhari, Muslim).

Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik, maka baik pula pasukannya. jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. Hati kita adalah raja dan seluruh badan adalah pengikutnya. Tentu kita tahu bahwa rusaknya seluruh tubuh karena rusaknya hati dan baiknya tubuh karena baiknya hati. Dan sumber bencana yang sering menimpa hati kita adalah karena kita tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak suka dzikir, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifat Allah. Allah SWT berfirman:  

"Sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada." (Q.S. Al-Hajj:46).

Menahan pandangan memang hal yang sangat sulit dan berat, akan tetapi buah dari memelihara pandangan adalah kenikmatan tiada tara. Diantara kenikmatan tersebut adalah:

1.      Memelihara pandangan mata menjamin kebahagiaan seseorang hamba di dunia dan akhirat.

2.      Akan memberikan rasa kedekatan dengan Allah SWT.

3.      Akan menghalangi pintu masuk syaitan ke dalam hati.

4.      Hati kita akan diliput oleh cahaya iman yang membuahkan ketenteraman dan kebahagiaan.

Uraian ini akan menjadi pepesan kosong yang tidak berarti kalau tidak iman yang menuntun kita memelihara mata dan membentuk suasana hati. Karena dalam kesendirian dan kesepian, kala tak ada orang mungkin sekali mata dan hati kita bisa berkhianat. Oleh sebab itu semua ini sangat tergantung pada tingkat keimanan dan kesadaran penuh akan "Ilmullah" (pengetahuan Allah).

"Dialah (Allah yang mengetahui (pandangan) mata khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."(Q.S. Al-Mukmin: 19)

Akhirnya marilah kita renungkan hadits Rasulullah SAW:

ان تعبد الله كانك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك

"Hendaklah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinlah bahwa Ia melihatmu."

Dan sebagai kesimpulan akhir:

1.      Bahwa hakikat kehidupan ini adalah ujian. Salah satu ujian yang paling besar adalah, mata, karena mata adalah salah satu pintu masuknya dosa.

2.      Memelihara pandangan adalah pencegahan yang pertama agar hati bisa terpelihara dan iman bisa stabil.

3.      Jika memang sudah terlanjur berbuat dosa, maka kita harus mebersihkan hati kita dengan dzikir, membaca shalawat, membaca Al-Qur'an, dan ibadah-ibadah lainnya.

Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk bisa menjaga pandangan kita dan diberikan hati yang bersih serta iman yang kuat. Wallahua’lam

### “Eyes see what the mind wants to see” ###

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2

I.M.M 2