Ma'mum Shalat Magrib, Imam Shalat Isya Secara Berjama'ah, Bagaimana?

Alhamdulillah nemu pembahasan yang dibutuhkan. Walaupun belum pernah mengalaminya, tapi sudah tahu ilmunya sedikit.

๐Ÿ“– Ma'mum Shalat Magrib, Imam Shalat Isya Secara Berjama'ah, Bagaimana?๐Ÿ“–

Diantara masalah yang biasa didapati oleh para musafir ketika menjamak ta'khir shalat magrib dan isya, ketika mereka sampai pada satu masjid adalah mendapati jama'ah sedang melakukan shalat isya, sementara mereka belum melaksanakan shalat magrib. Para musafir yang ingin berjama'ah pun bingung, shalat apa yang didahulukan dan bagaimana mereka melaksanakan shalat.

Tentu masalah ini adalah bagian dari masalah bolehkah shalat di belakang imam dengan niat yang berbeda bagi makmum? Ini adalah masalah khilafiyah tentunya, hanya saja penulis lebih menguatkan bolehnya shalat bersama imam dengan niat yang berbeda bagi makmum. Alasannya, sebab dahulu Mu'adz juga shalat dengan niat yang berbeda dengan makmumnya setelah sebelumnya shalat isya bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Adapun mereka yang tidak membolehkan dengan dalil bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Imam dipilih untuk diikuti", maka tidak tepat berdalil dengan hadits tersebut, karena hadits ini tidak menunjukkan harus adanya persamaan niat, namun hendaknya harus ada persamaan dalam gerakan. Karena itu nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjelaskannya, "Jika imam bertakbir maka bertakbirlah" begitu seterusnya. Demikian penjelasan syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam masalah ini. (Syarh Riyadh ash-Shalihin: 1/205)

Terkait shalat di belakang imam dengan niat yang berbeda dengan makmum, jika jumlah raka'atnya sama antara imam dan makmum, maka dalam hal ini tidak ada masalah. Begitu juga jika jumlah raka'at shalat makmum lebih banyak daripada jumlah raka'at shalat imam, juga tidak masalah. Sebab dia cukup menambah satu raka'at setelah tahiyat akhir bersama imam. Ketika imam salam, maka ia bangkit dan menambah satu raka'at.

Yang kadang menjadi masalah adalah ketika jumlah raka'at imam lebih banyak dari jumlah raka'at makmum, disini banyak terjadi kekeliruan. Misalnya, ketika musafir masuk masjid ingin melaksanakan shalat berjama'ah, dimana jama'ah masjid sedang melaksanakan shalat isya, sementara ia ingin shalat magrib karena sebelumnya telah berniat untuk menjamak ta'khir kedua shalat tersebut.

Diantara masyarakat kita, ada yang mendahulukan shalat isya dahulu bersama jama'ah masjid kemudian shalat magrib munfarid (sendiri). Ini adalah kesalahan, sebab tidak boleh mendahukukan isya dari magrib, shalat itu memiliki urutan yang baku yang telah ditetapkan waktu dan urutannya oleh syariat. Karena itu shalat magrib harus didahulukan.

Masalahnya, bagaimana kaifiyatnya, sementara imam shalat 4 raka'at dan musafir yang ingin shalat magrib hanya 3 raka'at?

Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:

ุฅู† ุฏุฎู„ ุงู„ู…ุฃู…ูˆู… ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ูู…ุง ุจุนุฏู‡ุง ูู„ุง ุฅุดูƒุงู„ ูˆุฅู† ุฏุฎู„ ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ูุญูŠู†ุฆุฐ ูŠุฃุชูŠ ุฅุดูƒุงู„.

Jika makmum mendapati mereka pada raka'at kedua dan setelahnya maka hal ini tidak ada masalah, namun jika ia masuk masjid dan mendapati pada raka'at pertama disini yang bermasalah.

Beliau kemudian berkata, contohnya:

ูˆุฌุฏู‡ู… ูŠุตู„ูˆู† ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ุงู„ุฃุฎูŠุฑุชูŠู† ู†ู‚ูˆู„: ุงุฏุฎู„ ู…ุนู‡ู… ุจู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุบุฑุจ ุตู„ ุงู„ุฑูƒุนุชูŠู† ูˆุฅุฐุง ุณู„ู… ุงู„ุฅู…ุงู… ุชุฃุชูŠ ุจุฑูƒุนุฉ ูˆู„ุง ุฅุดูƒุงู„.
ูˆุฅุฐุง ุฌุฆุช ูˆูˆุฌุฏุชู‡ู… ูŠุตู„ูˆู† ุงู„ุนุดุงุก ุงู„ุขุฎุฑ ู„ูƒู†ู‡ู… ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ู†ู‚ูˆู„ : ุงุฏุฎู„ ู…ุนู‡ู… ุจู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุบุฑุจ ูˆุณู„ู… ู…ุน ุงู„ุฅู…ุงู… ูˆู„ุง ูŠุถุฑ ู„ุฃู†ูƒ ู…ุง ุฒุฏุช ูˆู„ุง ู†ู‚ุตุช ู‡ุฐุง ุฃูŠุถุง ู„ุง ุฅุดูƒุงู„ ููŠู‡.

Jika seseorang mendapati mereka shalat isya dan telah shalat pada dua raka'at akhir (raka't 3 dan 4) maka kami katakan: "Masuklah dan shalat bersama mereka dengan niat shalat magrib lalu shalatlah dua raka'at bersama mereka. Jika imam sudah salam, maka bangkitlah untuk menambah satu raka'at (yang kurang) dan tidak ada masalah ini dalam hal ini".

Jika engkau mendapati mereka shalat isya yang lain namun mereka berada pada raka'at ke dua (tidak ikut raka'at pertama bersama mereka- pent) maka kami katakan: "Masuklah dan shalatlah bersama mereka dengan niat shalat magrib, lalu salam bersama imam. Maka ketertinggalan satu raka'aat tadi tidak merusak shalatmu sebab engkau dalam keadaan ini tidak menambah dan juga tidak menguranginya. Ini juga tidak jadi masalah.

ุงู„ุฅุดูƒุงู„ ุฅุฐุง ุฌุฆุช ุฅู„ู‰ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ูˆูˆุฌุฏุชู‡ู… ูŠุตู„ูˆู† ุงู„ุนุดุงุก ูˆู‡ู… ููŠ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ูˆุฏุฎู„ุช ู…ุนู‡ู… ููŠู‡ุง ุญูŠู†ุฆุฐ ุณุชุตู„ูŠ ุซู„ุงุซุง ู…ุน ุงู„ุฅู…ุงู… ูˆุงู„ุฅู…ุงู… ุณูŠู‚ูˆู… ู„ู„ุฑุงุจุนุฉ ูู…ุงุฐุง ุชุตู†ุนุŸ
ู†ู‚ูˆู„ : ุงุฌู„ุณ ูˆุฅุฐุง ูƒู†ุช ุชุฑูŠุฏ ุฃู† ุชุฌู…ุน ูุงู†ูˆ ุงู„ู…ูุงุฑู‚ุฉ ูˆุงู‚ุฑุฃ ุงู„ุชุญูŠุงุช ูˆุณู„ู… ุซู… ุงุฏุฎู„ ู…ุน ุงู„ุฅู…ุงู… ููŠู…ุง ุจู‚ูŠ ู…ู† ุตู„ุงุฉ ุงู„ุนุดุงุก ู„ุฃู†ูƒ ูŠู…ูƒู† ุฃู† ุชุฏุฑูƒู‡ ุฃู…ุง ุฅุฐุง ูƒู†ุช ู„ุง ุชู†ูˆูŠ ุงู„ุฌู…ุน ุฃูˆ ู…ู…ู† ู„ุง ูŠุญู‚ ู„ู‡ ุงู„ุฌู…ุน ูุฅู†ูƒ ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุญุงู„ ุชุฎูŠุฑ ูุฅู† ุดุฆุช ูุงุฌู„ุณ ู„ู„ุชุดู‡ุฏ ูˆุงู†ุชุธุฑ ุงู„ุฅู…ุงู… ุญุชู‰ ูŠูƒู…ู„ ุงู„ุฑูƒุนุฉ ูˆูŠุชุดู‡ุฏ ูˆุชุณู„ู… ู…ุนู‡ . ูˆุฅู† ุดุฆุช ูุงู†ูˆ ุงู„ุงู†ูุฑุงุฏ ูˆุณู„ู….
ู‡ุฐุง ุงู„ุฐูŠ ุฐูƒุฑู†ุงู‡ ู‡ูˆ ุงู„ู‚ูˆู„ ุงู„ุฑุงุฌุญ ูˆู‡ูˆ ุงุฎุชูŠุงุฑ ุดูŠุฎ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุงุจู† ุชูŠู…ูŠุฉ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆู†ูŠุฉ ุงู„ุฅู†ูุฑุงุฏ ู‡ู†ุง ู„ู„ุถุฑูˆุฑุฉ ู„ุฃู† ุงู„ุฅู†ุณุงู† ู„ุง ูŠู…ูƒู† ุฃู† ูŠุฒูŠุฏ ููŠ ุงู„ู…ุบุฑุจ ุนู„ู‰ ุซู„ุงู„ุซุŒ ูุงู„ุฌู„ูˆุณ ู„ู„ุถุฑูˆุฑุฉ ุดุฑุนูŠุฉ ูˆู„ุง ุจุฃุณ ุจู‡ุฐุง.

Yang menjadi masalah jika engkau datang ke masjid dan engkau mendapati mereka shalat isya pada raka'at pertama. Engkau masuk bersama mereka saat itu akan shalat magrib 3 raka'at bersama imam sedang imam akan bangkit untuk shalat isya pada raka'at ke 4 , maka apa yang engkau harus lakukan?

Kami katakan: "Duduklah, namun jika engkau ingin menjamak shalat maka niatkanlah mufaraqah (akan berpisah saat raka'at ketiga selesai -pent). Tatkala engkau sampai pada raka'at ke tiga, bacalah tahiyyat hingga akhir lalu salam. Kemudian bangkit (lalu takbiratul ihram-pent) dan shalat lagi bersama imam (dengan niat isya -pent), sebab engkau masih mendapati mereka dengan shalat isya mereka (satu raka'at -pent).

Adapun jika engkau tidak berniat menjamak atau bukan seseorang yang berhak menjamak, maka dalam kondisi ini engkau boleh memilih. Jika engkau menghendaki, maka duduklah untuk bertasyahhud (pada raka'at ke tiga-pent) dan tunggulah hingga imam menyempurnakan raka'at ke empat dan bertsyahhud lalu salamlah bersamanya.

Dan jika engkau menghendaki, maka niatkanlah shalat munfarid (pada raka'at ke tiga lalu bertahiyatlah -pent) lalu salam.

Apa yang kami sebutkan ini merupakan perkataan yang rajih, dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh syaikhul islam Ibn Taimiyah rahimahullah. Niat munfarid dalam hal ini karena dharurat, karena tidak bisa bagi seseorang untuk menambah raka'aat lebih dari tiga raka'at saat shalat magrib, maka duduk karena dharurat tidaklah mengapa. (Syarh Riyadh ash-Shalihin: 1/205-206)

--------

โœ๐Ÿผ Abu Ukkasyah Wahyu al-Munawyโ โ โ โ 

๐Ÿ“– Sumber : http://wahdah.or.id/mamum-shalat-magrib-imam-shalat-isya-secara-berjamaah-bagaimana/
(Mohon ketika menyebarkan, harap sertakan link sumber)
๐Ÿ™ Silahkan bantu sebarkan, semoga bermanfaat buat Anda dan yg lain. In Syaa Allah berpahala ๐Ÿ‘

๐Ÿ’– Daftar Broadcast Wahdah.Or.Id
Ketik nama lengkap - daerah - wi
Contoh:
Irhamullah - Jogja - WI
Kirim via WhatsApp ke:
๐Ÿ“ฑ +6282257182656

๐Ÿ‘ FB https://goo.gl/9W32uZ
๐Ÿ“ฉ Telegram http://goo.gl/5f6ZzM
๐Ÿฃ TW https://twitter.com/WahdahIslamiyah
๐ŸŒ www.wahdah.or.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM MACAM IKHTILAF (Perselisihan Pendapat Ulama)

SIHIR PENGHALANG JODOH DAN SOLUSINYA

I.M.M 2