Tuan Bermata Teduh

Halo, Tuan bermata teduh.
Cuaca terik sekali siang tadi.
Tapi tentu tidak denganmu kan?
Kau yang bermata teduh itu.
Jika melihatmu, perasaan disekitar tiba-tiba menjadi teduh. Nyaman.
Tetaplah seperti itu, Tuan.
Hanya kau yang kuingini disaat perasaanku sedang kacau balau seperti saat ini.
Entah hanya masalah panas terik maupun hujan.
Ngomong-ngomong soal hujan, aku sangat suka hujan.
Aku suka hujan dimulai dari hawa dinginnya, rintiknya, gerimis manisnya, bahkan sampai derasnya sekalipun.
Jika yang lain berlari-berlari dan bermain bersama hujan, aku lebih senang menikmatinya dalam keteduhan.
Dan aku menyukai Tuanku yang bermata teduh.
Sangat teduh seperti hujan.
Sampai diam-diam mencintai dengan sangat dalam.
Namun, layaknya hujan, kau datang lalu pergi dan menyisakan genangan.
Bersamamu aku nyaman, tidak akan sakit karena bermain hujan ataupun kepanasan.
Di saat aku menikmati tiap rintik hujan, kau tetap bersamaku, tidak meninggalkanku dan tidak membiarkanku kehujanan.
Dan diam-diam rasa nyaman berubah menjadi rasa cinta yang mendalam.
Namun, kusadari, tanpa hujan, aku tidak akan mencintai keteduhan.
Tuan bermata Teduh.
Kusebut kau seperti itu karena sorot matamu yang tajam, namun menenduhkan mampu membuatku jatuh. Jatuh hati. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANGGUAN JIN ASYIQ DAN PENYEBABNYA

TA'ARUF

Praktek Kerja Lapangan (PKL) - bagian 2