Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Aku Pulang

Dan perasaan ini hadir bersama angin sejuk sore hari. . . Aku setengah berlari, dan berhenti di penghujung jalan di depan tangga kayu yang masih menyisakan aroma cat, di depan rumah pohon kita. Kubiarkan pikiranku memutar ulang fragmen-fragmen yang berloncatan membentuk peristiwa-peristiwa silam. Mengisi rongga dadaku dengan sebanyak mungkin udara untuk meredam gendering kerinduan yang ditabuh berulang. Mengapa jantungku semakin memantulan debaran dengan buncahan rasa yang sukar kujabarkan. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling rumah setelah berdamai dengan perasaan, menelusuri tiap jengkal yang mampu kuraih. Lagi-lagi aku terpaku dengan pesona yang ditawarkan di depan mata sebelum menapaki semua tangga kayu ke atas. Pot-pot bunga melati yang kugantung di setiap sudut rumah. Bunganya yang sedang kuncup itu   akan kita nikmati bersama saat mereka bermekaran. Aku suka sekali wanginya, An. Warna putihnya bagai kumpulan peri-peri yang mengucapkan selamat datang padaku. Apakah ak

Rumah Kita

Kau dan Aku... Mungkin kita berdua sudah berada pada titik terjenuh kehidupan kita. Kau bilang tak mampu lagi merasakan bagaimana mencintai, dan aku pun sepertinya mulai mati hati. Lelah... Aku tahu kau juga merasakan itu, sama sepertiku. Ingin menghilang dan membangun dunia milik kita sendiri. Bercengkrama berdua, berbagi hati. Ingat apa impian kita? Duduk berdua di halaman luas, berbaring memandangi awan dan langit, sambil menanti jingga senja hari. Atau berjalan di bawah gerimis yang perlahan menjadi deras untuk menyamarkan air mata kita, berdua. Akupun muak, An… sama sepertimu. Aku ingin bersamamu, menghias rumah pohon kita dengan seribu senyum. Menata ruangan yang tidak seberapa luas ini sesuai dengan keinginan kita. Aku yakin selera kita sama, karena kau separuhku. Dari sini kita bisa melihat padang ilalang dan juga dedaunan hijau kesuakaanmu, karena aku tahu kau suka melihatnya menari saat angin atau hujan menggodanya. Kita juga bisa merasa sedikit lebih d

Aku butuh 24jam-mu

Setelah dua hari kurasa ada yang berbeda, iya, aku tanpa pesan-pesan yang selalu kau kirimkan untukku. Hari ini setelah sholat magrib, aku menemukan gambar amplop surat bertuliskan namamu dilayar ponselku. Ah, rinduku sedikit terobati. Isi pesanmu hanya panggilan untukku. Hey, apakah kau masih ingat punya..?  Ah, apa kau merindukanku?  Setelah lebih dari duapuluh empat jam aku tanpa kabar darimu. Sebenarnya ini mauku, aku yang menyuruhmu jangan menghubungiku jika tidak sedang di rumah. Alasan hanya satu, aku selalu punya pikiran buruk dan bercabang-cabang kemana pun jika aku sedang tak bersamamu. Bukannya aku tak percaya padamu, bukan. Aku hanya tidak percaya orang-orang disekelilingmu. Itulah mengapa, setelah kita jauh dalam hal jarak, aku lebih merasa nyaman jika tahu kau sedang berada di rumah. Hanya itu.  Terakhir dua malam yang lalu, aku mengobrol denganmu lewat telpon. Itupun aku yang menghubungimu. Sedangkan kau? Kau tak pernah lebih cepat untuk berpikir menghubun

Hijab in love

Ini sepenggal kisah temanku malam ini. Sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak kecil, cukup kecil oleh orang tuaku sendiri. Waktu itu aku masih tidak mengerti mengapa aku harus mengenalnya. Aku mulai selalu bersamanya ketika aku menginjak kelas satu SMA. Itupun masih sedikit tidak betah dengan keberadaanya.Hmm ini BUKAN seseorang yang mendampingiku. Ini tentang kerudungku. Hal ini sudah orang tuaku kenalkan kepadaku dan kepada adik perempuanku sejak kami masih kecil. Pertama aku mengenakannya hanya saat aku pergi ke surau, atau saat lebaran. Saat bermain aku memang belum diwajibkan menggunakannya oleh orang tuaku. Tapi dengan syarat baju yang kupakai lengan panjang dan celana panjang. Kebetulan saat itu pakaianku serupa dengan pakaian kakak laki-lakiku. Yaah begitulah bentuknya, cukup maskulin dengan potongan rambut pendekku. Bertahun-tahun aku mengenakannya dan melepasnya, aku masih belum jatuh cinta kepadanya. Mungkin aku malu ketika aku membuka di depan bukan mahram. Tetapi te

Surat untuk Tuanku

Suratku ini ‘bertuan’. Selamat malam, Tuan. Seperti sebelumnya, surat ini adalah sebuah pertanda bahwa aku sedang merindukanmu. Akan ku ceritakan sedikit kenapa suratku ini harus hadir. Dengarkan baik-baik. Rindu tak perlu alasan bukan? Rindu ini muncul bukan karena ada atau tak adanya komunikasi. Bukan karena ada atau tak adanya temu. Bukan karena apapun. Ahh, kau pasti pasti lebih tau tanpa aku jelaskan. Rindu menuntut pertanggungjawaban ketika terkatakan. Kurasa aku dan kamu cukup tahu tentang hal ini. Dan bukankah kita telah mengambil hikmah dari pelajaran hidup kita? Aku yakin kamu tahu betul hal ini. Tetapi satu hal yang kumaknai dari rindu. Ia adalah perasaanku. Milikku. Ia hakku. Kukatakan atau tidak padamu itu urusanku. Seperti yang kukatakan tadi, rinduku belum bisa dipertanggungjawabkan. Jadilah aku melayangkan seluruh perasaanku pada baris kata. Agar aku lega. Tak peduli semua tulisan ini akan meluap. Akan terbaca. Tak peduli rindu ini ditelan angin. Sekali

Warna persahabatan kita

Gambar
Kamu: Apa warna cinta menurutmu? Aku: Putih. Kamu: Mengapa kau memilih putih? Aku: Karena putih adalah gabungan dari 16juta warna lainnya. Itulah yang membuat cinta begitu indah dan berwarna. Kamu: Kau hebat. Sekarang apa warna untuk persahabatan? Aku: Menurutmu? Kamu: Putih juga? Aku: Tidak. Persahabatan itu transparan. Persahabatan tidak memiliki warna. Kamu: Eh? Kenapa seperti itu? Aku: Karena warna dapat pudar suatu saat nanti. Tapi persahabatan tak berwarna, membuatnya bertahan hingga akhir waktu karena tidak akan bisa pudar.” Persahabatan para malaikat itu indah. Sesuatu yang transparan itu membuat mereka mengepakkan sayap mereka untuk terus terbang jauh. Walau jatuh beberapa kali, sayap-sayap tak terlihat yang pernah patah itu tetap terbang. Sayap putih itu tidak akan berhenti terbang, karena persahabatan sejati menjadi kekuatannya. Kekuatan transparan yang akan bertahan hingga akhir masa. #heaven love story.  Ada banyak hal dalam persahabata

Mungkin ini 'surat'

Selamat malam, Tuan. Sebentar, aku sedikit grogi untuk menulis ini. Ah,, masa bodo dengan grogi! Apa kabar? Hari-hari yang cukup rumit, bukan? Tidak?  Bagiku iya. Haha Aku hampir lupa, kau selalu (tampak) baik-baik saja bukan. Mungkin sedikit lucu menyebut ini surat, karena bahkan mungkin walau bukan lagi masanya setidaknya surat ini harus sampai ke lamatmu, alamat email misalnya. :p Hmmm. Oh iya, jika aku menuliskan surat untukmu lagi, aku harus menyebutmu apa disurat-suratku? Bukankah kita tak pernah punya sapaan. Kadang hanya merasa tak sopan menamakanmu ‘kamu’. Apakah aku harus menyebutmu kakak, Aa, atau apalah itu, sesuatu yang bersapa lebih sopan? Hihi Sepertinya sekedar itu dulu isi suratku, sekedar memberi tahumu bahwa, “aku merindukanmu”. + mungkin hari ini kamu sedikit letih dengan pekerjaanmu, tetap jaga kesehatan ya :)

Teruslah melangkah

Apa kabar, Tuanku? Kita pernah duduk bersama-sama di dalam bumi yang sama. Meski kita duduk sendiri-sendiri dikursinya masing-masing. Mungkin kita pernah berpapasan di jalan ketika sedang menikmati senja di sore hari. Meski kita tidak ingat lagi kapan itu terjadi. Sebab mungkin kita tidak saling kenal. Kita bergerang seperti daun-daun yang jatuh. Tidak mampu menggerakkan dirinya sendiri. Pasrah dihempaskan angin kemanapun membawanya pergi. Kita menggantungkan pada takdir, percaya bahwa kita akan jatuh di tempat yang sama. Kita percaya, itu mudah bagi Tuhan. Kita belum bertemu, masih sibuk menyelesaikan urusan kita sendiri-sendiri. Sibuk menata banyak hal, menyelesaikan masa lalu, menghidupkan hari ini, dan merencanakan hari esok di masa depan. Kita hanya harus terus melangkah. Karena setiap langkah kaki kita akan mendekatkan kita.  Jangan berhenti, Tuan. :)

Surat sahabat

11 November 2014. Aku berusia 22 hari ini. :) Bisa kubilang ini surat senjaku untuk ‘kalian’. Apa kabar kalian semua? Semoga kalian sehat-sehat saja dan Allah senantiasa mengiringi langkah dan nafas kalian di manapun kalian berada dan apapun yang kalian lakukan. Amiin. Begitu pula hendaknya dengan diriku di sini. Amiin. Tapi, kawan, sepertinya Allah sedang mengujiku dengan rasa rindu yang tak kepalang tanggung, sampai-sampai kadang aku harus menguras air mata karena aku merindukan kalian. Amat sangat merindukan kalian. Sahabat-sahabatku :( Ini hanya sebuah halaman berisi tulisan tentang kita. Tentang kita yang bertahun-tahun bersama dalam suka duka serta canda dan cela. Menyelipkan mimpi kita bersama di setiap perbincangan tanpa arah. Menertawakan setiap kebodohan kita di masa lalu dan tersenyum saat memperbincangkan masa depan bersama. Pergi ke suatu tempat bersama misalnya. Kalian boleh menyebut tulisan ini sebuah surat tentang kita atau hanya sebuah tuli

Langkah kaki 'kita'

Kaki kita siap untuk melangkah kemana saja, menyingkap segala keindahan bumi yang ingin kita taklukkan. Kaki kita sanggup untuk melangkah menuju apa saja, mencari jalan-jalan yang belum pernah dilalui sebelumnya. Mungkin sudah kodratnya, manusia memiliki rasa penasaran untuk mereka bunuh secepatnya. Bumi yang sebegitu luasnya, dapat ditapaki hanya berlandaskan rasa penasaran yang mendalam. Columbus tidak menemukan Benua Amerika, tapi dia berhasil membunuh rasa penasarannya, menurutku. Seberapa luasnya bumi, setiap celahnya akan ditemukan manusia. Tidak heran, nantinya kita akan bertamasya ke luar angkasa, seperti jalan-jalan di akhir pekan bersama keluara. Tak akan lama lagi, ada ‘bumi’ selain bumi untuk manusia, yang mungkin bisa mereka tinggali untuk waktu yang lama. Besok atau lusa, atau di waktu yang tak akan lama, manusia akan berjalan-jalan di keberagaman Hutan Amazon saat siang hari, dan akan berkemah di Kutub Selatan pada malam harinya untuk menatap keindahan aurora hin