Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Cukuplah 'kamu' yang jadi rumah

Untukmu (yang entah siapa)  Aku ingin kamu menjadi rumah. Tak perlu menjelma istana atapun menara, cukup rumah saja. Di dalam rumah, aku akan merasa begitu nyaman.  Aku bisa menangis, tertawa, marah, kesal, juga bisa berbagi cerita apa saja. Aku bisa menjadi diriku sendiri! Tak perlu takut kepada prasangka, karena rumah akan melindungiku dari segala. Ada kalanya aku bosan berdiam di dalam rumah, jika begitu, aku boleh keluar sejenak. Menemui orang-orang, mengunjungi tempat-tempat baru, lakukan apa saja yang membuatku gembira, melakukan perjalanan, hingga aku menyadari, pada titik akhir, rumahlah yang akan menjadi tempat ku kembali. Tempat untuk pulang ketika aku sudah terlalu lelah. Kamu cukup menjadi rumah yang melindungiku dari segala, yang menjadi tempat ku berbagi banyak cerita, ruang bagiku untuk menjadi diri sendiri, apa adanya, tempat ku pulang ketika sudah terlalu lelah. Cukup kamu menjadi rumah yang akan selalu kurindukan.

Good nite, heart.

Selamat malam, hati. Adalah lebih untuk kita menjadi seseorang yang pemaaf, dari pada orang yang kerap kali harus meminta maaf. Terkadang diam adalah cara terbaik kita untuk menunjukkan bahwa kita sedang kecewa dengan keadaan. Namun ini semua ada dalam rancangan Allah, siapalah kita yang bisa menghalangi.  Maka sabarlah duhia hati, itulah kunci segala kekuatan. Allah yang lebih tahu tentang kita. Cukupkan sedih kita.  Sekiranya waktu dan keadaan tidak berpihak pada kita. Kalau bukan karena luka semalam, tak mungkin kita bisa sekuat sekarang. Kalau bukan karena cerita indah semalam, mana mungkin kita bisa tahu apa itu bahagia. Baik pahit atau manis, itu yang menjadikan siapa kita yang sekarang ini. Ikhlas, ikhlaskanlah. Hatimu. Hatiku. Hati kita. *selamat malam, selamat tidur. Semoga bangunnya nanti, bebanmu dan bebanku sama-sama terangkat.

Jika aku jadi kamu

(ini bukan cara saya peduli pada hidup sesorang) Tulisan ini saya post untuk seseorang yang dengannya saya tidak pernah bisa leluasa mendiskusikan apapun itu. Tulisan ini saya post ketika saya membayangkan bagaimana rasanya jika saya menjadi dia. Dia seperti ruangan yang seluruh dindingnya terbuat dari es, tapi ternyata ada perapian didalamnya. #ini bukan caraku peduli pada hidup seseorang Saya tidak suka ikut campur urusan orang lain. Saya cukup tidak perduli dengan hidup orang -yang terkadang- jika saya bertanya “kamu kenapa?” hanyalah alibi untuk saya tahu “ada apa”, ini bukan ungkapan bahwa saya peduli kamu. Ini bukan cara saya peduli pada hidup seseorang . Saya tidak sering memberi sms “semangat buat ujiannya besok yaa” atau “udah makan? Jangan lupa makan, nanti kamu sakit” kepada teman-teman saya. Saya cuek? Tidak perduli? Tidak ber-per-ke-kawan-an? Ini bukan cara saya peduli pada hidup seseorang. Saya tidak perduli seberapa kecil warna yang saya to